Friday, January 22, 2016

Memanjat Tangga di Batu Caves

Waktu jalan-jalan ke Kuala Lumpur di bulan Mei 2011 saya menyempatkan diri mengunjungi Batu Caves. Awalnya saya tau Batu Caves ini dari hasil browsing di situs pariwisatanya Malaysia. Batu Caves ini letaknya di Selangor, dan cara mudah menuju kesana adalah dengan kereta KTM yang hanya bisa diakses dari KL Sentral. 
Kereta yang waktu itu saya tumpangi bisa dibilang sepi, sepi banget malah, mungkin karena letaknya yang udah agak jauh dari pusat kota KL.  Sepanjang perjalanan di gerbong yang saya tempati hanya ada beberapa orang aja yang semuanya turun duluan sampai tinggal saya sendiri menuju stasiun terakhir.

Begitu turun di pemberhentian terakhir dan keluar stasiun, saya langsung masuk ke area Batu Caves, gratis tis tis tis.... Hahah... Buat saya yang statusnya mahasiswa kere, gratis itu penting :p . Pemandangan pertama saya langsung disuguhkan danau kecil (atau kolam ya? :| ) dan patung raksasa Murugan, Dewa dalam agama Hindu. Dari jauh saya kira ini patung Budha, tapi makin dekat saya makin merasa bodoh karena penampilannya bukan Budha banget dan banyak peziarah dengan wajah India. Patung raksasa dengan warna keemasan dengan latar belakang tebing yang ditumbuhin tanaman liar ini emang keren banget. Sebelum bersiap2 naik 272 anak tangga yang ada di samping patung, saya nyempetin buat lihat lebih dekat patungnya sambil bertanya2 ini terbuat dari emas murni atau bukan (fyi belakangan saya baru tau kalau patung ini terbuat dari baja yang dicat warna gold).

Foto dengan kualitas HD (Handphone Definition)

Setelah mengagumi patung raksasa dan pemandangannya dari jauh, saya langsung naik tangga menuju gua yang ternyata banyak kera liar bebas berkeliaran. Umur dan jiwa yang sinkron sama2 muda, perut kenyang, badan masih langsing, pake sepatu & ransel andalan, dan angka 272 untuk jumlah anak tangga bikin saya pede bisa naik sampai puncak dengan cepat. Tapi ternyata kekuatan sugesti ga membantu saya, di tengah jalan betis & lutut saya pegel banget dan nafas saya terengah2. Ternyata anak tangganya tinggi2 untuk kaki saya yang mungil #alasan. Pantes banyak yang duduk2 di tengah jalan sambil pegang botol minum. Akhirnya saya jadi salah satu orang golongan lemah yang terkapar di tengah sambil minum dengan rakusnya. Bahkan saya disusul sama rombongan kakek2 & nenek2 bule yang senyam-senyum lihat saya ToT  
Ga mau harga diri saya semakin terpuruk, saya maksain diri untuk naik anak tangga satu demi satu. Itulah kenapa judulnya memanjat tangga, karena saking bungkuknya badan saya, saya lebih mirip merangkak daripada jalan -___-"
Untungnya semakin ke atas semakin banyak kera yang duduk2 di pegangan tangga, jadi ada alasan buat berhenti istirahat sambil foto2 kera. Setelah menghabiskan setengah bekal minum, saya sampai juga di atas. Sebelum dan sesudah tangga ada semacam gapura kecil yang ada patung2nya. Mungkin ini ada ceritanya sih, tapi karena saya sendiri dan ga pake guide, jadi saya cuma menikmati aja pemandangan yang ada.


Cowo bule, kera, dan puncak tangga

Di dalam gua agak gelap dan banyak semacam altar2 dengan patung2 dewa-dewi umat Hindu, dan banyak orang Hindu yang berdoa di altar tersebut. Sempat nyoba beberapa selfie tapi hasilnya ga memuaskan. Inilah ga enaknya jalan2 sendirian, agak susah kalau mau foto diri sendiri tanpa ada gambar tangan menjulur ke depan (dulu belum jamannya tongsis lo ya). Saya sempat minta tolong difotoin ke ibu2 Korea berbadan gemuk yang ga bisa bahasa inggris. Selama pergi2 sendiri kalau mau minta tolong difotoin saya selalu minta tolong ke ibu2 yang sudah agak tua atau berbadan gemuk. Alasannya sederhana, supaya kalau HP/kamera saya dibawa kabur saya masih bisa ngejar. Perokok kaya saya yang nafasnya pendek2 dan ga punya banyak benda berharga, hal itu harus diantisipasi ;) . Sayangnya HP Nokia jadul saya ga bisa nangkap gambar yang bagus di tempat yang pencahayaannya kurang, alhasil semua foto dalam gua buram. Jadi kalau kalian mau tau kaya apa dalamnya, liat albumnya mbah gugel aja :D


Selesai menjelajahi isi gua, saya dengar ada kaya upacara pernikahan Hindu di salah satu aula kuil di pelataran bawah sebelum naik tangga. Pemandangan turun tangga juga ga kalah menarik. Dari atas sini kita bisa lihat pelataran luas, orang2 yang keliatan kecil kaya semut, bagian belakag patung raksasa, dan jalan menuju Dark Cave, gua lain di samping gua utama.



Pemandangan dari atas tangga

Perjuangan turun tangga ga seberat naiknya, jadi bisa saya lewatin dengan kepala tegak, sambil ngeliat golongan lemah yang terkapar di tengah2 tangga #ga tau diri. Sampai di bawah saya menuju aula yang katanya sedang ada acara. Sayangnya pas saya nyampe disana pas acaranya mau bubaran. Namanya ngadain acara di tempat wisata, campur aduklah antara tamu dengan baju formal dan bagus, sama turis2 mulai dari turis gembel sampai turis ber-high heels. Sampai sekarang saya masih gagal paham sih sama konsep traveling pake high heels, ga kebayang gimana mereka naik 272 anak tangga itu. Kalau saya aja sampai memanjat, mungkin mereka udah merangkak kali ya :| . Hmm...Saya jadi terinspirasi buka usaha gendong turis :))


Selesai nonton kegiatan beres2 bekas acara, saya menuju pinggiran pelataran dimana banyak warung2. Karena matahari udah mulai tinggi, saya jadi tergoda untuk beli es krim di salah satu warung. Yang jualan disini kebanyakan warga keturunan India, malah bisa dibilang semua yang saya liat keturunan India. Saya pilih satu warung yang tempat duduknya cukup luas dan teduh. Hampir 15 menit saya nunggu depan freezer es krim tapi ga ada yang melayani. Setelah bolak balik nanya, akhirnya ada juga yang nyamperin. Karena pemuda ini wajahnya mirip2 India dan dia nanya apa yang bisa dibantu pake bahasa inggris yang belepotan, saya menyimpulkan kalau dia penjaga tokonya. Dia menyuruh saya ngambil yang saya mau, dan setelah saya tanya berapa harga untuk es krim yang saya pegang, dia bilang "free". Waaattt....Ini jualan apa badan amal...Saya sampai meyakinkan berkali2 berapa yang harus saya bayar, dan berulang2 dia bilang "free, take it".

Saya berpikiran positif, karena tempat ibadah jadi mereka ngebagi2in makanan kaya orang2 di masjid bagi2 takjil, atau mungkin dia naksir sama saya #pede. Tapi masa iya bagi2 ko es krim, kalau air putih atau teh mungkin saya masih percaya. Akhirnya saya ngalah, saya duduk disitu dan makan es krim dengan lahapnya.

Selesai makan es krim dan duduk2 sebentar, saya liat ada bapak2 berwajah India beres2 meja dan counter. Saya yang masih ragu dengan keberuntungan saya, langsung nanya ke bapak2 tersebut apa bener es krim ini gratis. Dia ketawa. Keras. Dan lama. Selesai ketawa dia bilang kalau di dunia ga ada yang gratis, dan dari tadi dia ngeliatin saya, memastikan saya ga pergi dulu sebelum bayar. Huft, saya udah curiga sih, dapat es krim gratis di siang bolong itu too good to be true. Untung saya ga main ngeloyor pergi aja, daripada malu ditagih gara2 ga bayar -__-  Untungnya juga es krimnya udah abis, jadi rasa es krim itu tetap nikmat di hati saya :p

Selesai menikmati es krim, saya balik ke stasiun KTM yang supersepi untuk kembali ke KL Sentral melanjutkan jalan2 saya di KL. Saking sepinya, saya memutuskan untuk naik di gerbong khusus wanita. Terlalu ramai ga nyaman, terlalu sepi juga malah jadi was-was. Di gerbong tersebut sampai kereta jalan penumpangnya hanya saya, dan satu keluarga keturunan India terdiri dari bapak, ibuk, dan anaknya. Lah di gerbong khusus perempuan ko ada bapaknya? Haah...Saya yang udah cape & kepanasan udah ga urus, yang penting saya bisa selonjoran di bawah AC.

Menurut saya Batu Caves ini cukup menarik, di tengah2 wisata kota di KL, ada selingan wisata lain di alam terbuka. Untuk aksesnya juga gampang. Pelajaran yang saya ambil disini adalah untuk mempersiapkan kondisi fisik sebelum melakukan perjalanan, jangan sampai semangat anak muda, tapi stamina rontok kaya manula. Pelajaran kedua yang saya dapat, ga ada makanan yang gratis di dunia ini, terutama untuk es krim di siang bolong :))


2 comments:

  1. "kaki saya yang mungil"
    ((mungil))..kakimu mungil, apa kabarnya kaki akuuu? T___T

    ReplyDelete