Monday, March 21, 2016

Ada Apa di Batu Kajang?

Ceritanya di bulan Agustus 2012 bertepatan dengan hari Lebaran, saya dan teman2 di kantor yang ga pulang kampung berencana jalan2 di seputaran mess di Batu Kajang. Kebetuan teman sekantor yang udah lebih lama disini juga mau nganter kami jalan2. Sebelumnya sempat bertanya2 juga sih, di daerah tambang emangnya ada wisata lain selain wisata tambang, apalagi di desa kecil kaya Batu Kajang. Maklum, sebelum datang ke sini saya masih buta untuk daerah Kalimantan. Eits, jangan salah, ternyata ada loh objek wisatanya. Bahkan kalau googling Batu Kajang juga langsung muncul cerita2 tentang objek wisata yang akan kami kunjungi ini :) . Setelah sarapan dan diimingi2 cerita tentang tempat tujuan, kami langsung tergoda dan siap2 untuk berangkat menuju destinasi pertama : wisata gua :D
Kami berangkat bertujuh yang dijejalin dalam satu mobil. Tujuan pertama kami adalah Gua Loyang. Setelah masuk di belokan samping Mesjid Jami Assalam Batu Sopang, masjid kebesaran Bau Kajang, dan melewati tempat yang entah dimana (maklum, sebagai penumpang sejati kita taunya tiba2 udah nyampe aja), akhirnya kami sampai juga di deket plang menuju gua Loyang. Kami segera parkir dan siap2 jalan menyusuri tangga menuju gua, karena gua ini ada di tebing bukit kapur. Enaknya wisata2 di Batu Kajang ini gratis. Pokonya memenuhi  hasrat kami sebagai orang Indonesia banget, sukanya yang gratisan. Hehehe... 

Pertama masuk Gua Loyang, kta bakal disuguhin pemandangan yang bagus di mulut gua, stalagtit dan stalagmit (eh, ini bener ga sih nulisnya) yang keren. Di mulut gua ini masih lapang dan terang, sayangnya udah mulai kena coretan tangan2 jahil. Semakin masuk ke dalam, semakin curam dan semakin gelap. Berbekal 2 senter & hp kami berusaha cari jalan. Katanya sih kalau berhasil keluar di ujung satunya kita bakal ada di puncak bukit yang bisa ngeliat pemandangan Batu Kajang dan area eksplorasi batu bara. Sayangnya di ga ini banyak jalan bercabang dan belum ada penunjuk jalan yang jelas mana jalan yang sebenarnya. Selain itu penerangan yang minim juga menyulitkan kami untuk cari jalan. Jadi boro2 mau foto2, bisa nemu jalannya aja udah sukur :| . Setelah jauh dan lama menyusuri, merangkak, dan memanjat di kegelapan dalam gua, kami mulai yakin kalau kami ini kesasar. Ga ada satupun dari kami yang pernah masuk ke gua ini sebelumnya, jadi ga ada guide yang bisa memandu kami ke jalan yang benar. Sayangnya saya ga bisa pasang foto di Gua Loyang karena foto2 di sini ini blur karena gelap, dan foto depan gua isinya foto narsis kami semua :D
Demi keamanan, akhirnya cowo2 memutuskan kalo kami balik aja daripada kesasar lebih jauh lagi. Akhirnya kami balik arah dan dengan sedikit tebak2 berhadiah kami kembali ke mulut gua. Kami sempat foto2 di mulut gua, kemudian memutuskan untuk lanjut ke tujuan wisata berikutnya yang letaknya ga jauh dari gua Loyang, yaitu gua tengkorak.

Untuk menuju Gua Tengkorak ini kami jalan melewati jembatan ganung dari kayu. Jembatan ini keliatan kokoh dan solid, jadi kami jalan melewati jembatan sambil pasang gaya untuk foto2. Setelah melewati jembatan gantung dan pemandangannya yang masih alami. Setelah melewati jembatan keil, kita akan menemukan tanah lapang dengan batu2 dan tempat untuk duduk2 manis. Setelah itu kami naik tangga curam kaya tangga spiral tapi ga spiral (nah loh bingung kan). Sambil naik tangga saya ngebayangin gua kaya gua Loyang dimana kita bisa menjelajah dalam gua yang penuh tengkorak atau kerangka manusia. Setelah nyampe diatas, saya agak mengerenyitkan dahi sih, soalnya guanya ga seperti yang saya kira sebelumnya. Gua berbentuk gua kecil yang agak dangkal, dan di dalamnya ada tengkorak yang disimpen berbaris gitu. Jadi kita ga perlu bener2 masuk ke dalamnya, cukup liat dari mulut gua karena gua tersebut emang ga terlalu dalam. Selain itu ya males juga sih masuk ke gua penuh tengkorak dan tulang belulang manusia. Hehe...
Konon katanya sih tengkorak dan tulang belulang itu punyanya nenek moyang masyarakat Paser. Jaman dulu mayat ga dikubur tapi "diistirahatkan" dalam gua. Sekilas persis budayanya Toraja, walaupun di daerah sini banyak pendatang dari suku Toraja, tapi budaya penguburan ini emang salah sau adat penguburan di Tanah Paser ini. Pas datang kesini saya juga diingetin sama teman sekantor yang asli Batu Kajang supaya ga ngambil tulang belulang yang ada disini, karena nanti bakal ada yang ngikutin pulang. Hidih, emang ada wisatawan yang ngambil tulang2 dari situ? Ko isengnya ngeri amat :|

Jembatan menuju Gua tengkorak

Karena tempatnya ga terlalu luas, kami juga ga berlama2 disini. Selesai foto2 dang sedikit bergosip #wajib mengingat hari masih terang, kami putuskan lanjut ke tempay lainnya yang layak dikunjungi yaitu sungai di Kasungai. Menurut saya ini lebih mirip wisata lokal sih, karena yang ada disini kebanyakan warga sekitar atau pendatang pekerja tambang seperti kami. Tapi bisa jadi justru itulah yang bikin tempat ini cukup istimewa, karena ga banyak wisatawan, jadinya tempat ini bersih dan airnya bening. Kami langsung lepas alas kaki dan gulung celana untuk jalan2 di pinggiran sunga sambil disuguhi pemandangan anak2 sekitar yang nyebur loncat dari atas pohon atau pegangan di akar pohon ala Tarzan. Biarpun keliatannya dangkal dan airnya tenang, kalau lagi pasang sungai ini beberapa kali merenggut korban jiwa yang tenggelam. Jadi tetep harus hati2 supaya ga terlena dan keseret arus sungainya. Kan ga lucu kalau liburan yang niatnya hepi-hepi malah berujung bencana. Notes : sayangnya semakin kesini saya dengar kalau airnya semakin keruh karena tingkat pemanfaatan yang tinggi dan pemeliharaan yang kurang.

Kasungai yang diam2 menghanyutkan

Menjelang sore kami kembali ke mess, mengingat ada cerita mistis juga di tempat ini sehingga kami ga mau ambil resiko. Kami pulang dan istirahat memanfaatkan waktu libur yang tersisa. Tempat wisata di Batu Kajang udah di-ceklis, berikutnya semoga saya bisa jalan2 juga di sekitarnya :) . Oya, beberapa minggu kemudian saya baru tau kalau salah satu teman yang ngantar kami kesana bolos piket pada saat itu. Tapi karena saya ngerasa ikut andil dalam dosanya, jadi saya pura2 ga tau aja :p

2 comments:

  1. saya dulu pernah tinggal di batu kajang, banyak hal unik yg nggak bakalan saya lupakan disana..
    tukang ojek disana punya ciri khas yaitu helm warna ijo kayak gojek haha
    dan yg paling kurindukan di batu kjg adalah perum kideco..disana rumah2nya tersusun rapi dan indah semua, ada taman, dan ada jalan menuju sungai kandilo..bahkan ada lapangan bola yg luas disana...pengen balik lagi ke batu kajang rasanya..(maklum dulunya saya penduduk dalam perum kideco)
    klo boleh saya sarankan anda juga kesana biar lebih asik haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, terima kasih udah mampir ke blog saya :D
      Wah saya malah belum pernah tuh nyobain naik ojeknya. Biasanya tinggal melambai2kan rompi/safety vest langsung diangkut bus menuju mess... Muahahaha...
      Saya beberapa kali main ke perum Kideco, emang rumah2nya rapi dan asri, bikin adem :)
      Setuju deh, Batu Kajang emang berkesan. Apalagi sekarang makin banyak kafe2 dan jajanan yang beraneka macam *tetep fokusnya jajanan :D *

      Delete