Gara2 nonton ulang The Big Bang Theory season 2 edisi dimana Sheldon, dkk naik kereta, saya jadi teringat pengalaman tidak terlupakan saya dengan kereta. Kereta termasuk salah satu alat transportasi favorit saya. Kalau di Jakarta atau dari Jakarta mau pulang ke Bandung misalnya, saya sebenarnya lebih suka naik KRL/kereta daripada naik bus atau travel. Alasannya sederhana aja sih, kereta itu bebas macet jadi lama perjalanannya itu bisa diprediksi dan hampir pasti. Belum lagi tempat duduk di kereta termasuk lega, kalau pegal ya tinggal jalan2 di gerbong, atau kalau takut dikira orang linglung ya pura2 ke WC. Untuk perjalanan jarak jauhpun saya beberapa kali naik kereta api, kalau sendiri biasanya saya naik kereta malam biar tidur bablas.
Kenangan indah soal kereta ini akhirnya dinodai dengan pengalaman yang cukup bikin saya mikir dua kali untuk naik kereta api jarak jauh, yaitu sekitar bulan Februari 2014 pas saya main ke Malang. Kebetulan pasangan saya asli Malang, jadi saya berlibur kesana, sekalian dia pulang kampung. Waktu itu kami perginya masing2 dan janjian ketemu di Surabaya, langsung lanjut perjalanan ke Malang. Pulangnya, kami memutuskan untuk naik kereta api. Sebenarnya pasangan saya maunya naik pesawat rute Malang - Jakarta aja biar cepat, tapi saya yang saat itu lagi melankolis merayu2 dengan manis manja grup supaya kita naik kereta aja. Ceritanya sih saya mau nostalgia naik kereta api untuk perjalanan jarak jauh, sekalian quality time dengan pasangan saya. Ga mau saya jadi makin melankolis, akirnya pasangan saya mengalah dan jadilah kita pulang ke Jakarta naik kereta api. Cihuy... Taktik saya berhasil :D
Kereta yang kita naikin ini namanya Gajayana. Biar nyaman dan quality time-nya maksimal, kita pilih kelas eksekutif yang duduknya paling depan. Awalnya saya kira naik kereta bakalan lebih murah daripada pesawat, maklum waktu itu rencananya dadakan jadi saya ga sempat browsing dulu. Ternyata harganya Rp 560.000 / orang. Iya, ga salah baca, PER ORANG. *mata berkaca2, bibir bergetar* yang bikin tambah sesak adalah waktu tempuhnya yang 16 jam, berangkat jam 15.00 dari Malang, tiba di Gambir jam 06.00 pagi besoknya. Harganya hampir sama dengan pesawat yang waktu tempuhnya berkali2 lipat lebih cepat. Huft. Gimanapun juga, saya masih positive thinking kalau dengan waktu perjalanan selama itu, perhatian pasangan saya bakalan terpusat ke saya, kami bisa pacaran sepanjang jalan, ngobrol, saling mengenal lebih dalam, bla bla bla....
Sumber : Google.com |
Singkat cerita kami mempersiapkan perjalanan kami dengan beli berbagai cemilan dan air minum. Pada jam yang ditentukan kami naik kereta, dan kereta berangkat. Saya mulai ngebayangin perjalanan penuh cinta ini dimulai. Satu sampai dua jam pertama kami masih ngobrol santai, mesra2an sambil ngemil, ketawa ketiwi. Jam2 berikutnya cemilan udah abis dan kami mulai lapar. Mulailah kami tergoda sama nasi goreng dan bakso malang yang dijajakan pramugara gerbong restorasi. Jam2 berikutnya lebih merana lagi karena saya gampang lapar, dan pasangan saya bad mood karena udah berjam2 ga bisa ngeroko. Ujung2nya pasangan saya sibuk dengerin lagu, dan saya ketiduran. Mood saya makin rusak pas berhenti di stasiun Jogja, karena tiba2 ada bau durian yang sangat menyengat. Untungnya sebelum saya ngomel2, ada petugas yang melarang penumpang yang mau masuk untuk membawa buah terlarang itu. Tapi tetep aja, bau durian itu udah terlanjur masuk ke gerbong ini. Kereta api ini ga akan pernah sama lagi T__T
Sepanjang perjalanan boro2 kami ngobrol, akhirnya kami sibuk masing2 mulai dari goyang pantat cari posisi yang pas, sampai ikutan lomba ngorok antar-penumpang. Kalaupun saling berpandangan, bukan pandangan penuh cinta tapi pandangan membara sampai ada api2 di matanya saking betenya. Sumpah, ini udah bukan mati gaya lagi, tapi rasanya udah jadi bangkai. Begitu sampai Gambir, yang pertama kali dilakukan adalah cari smoking area sambil senam2 kecil saking pegalnya, terus cari makan/cemilan. Nongkronglah kami di Starbucks di Gambir. Sepanjang jalan pasangan saya selalu ngomong "lain kali kita naik pesawat aja" yang diamini sama saya. Hahah...Setuju, badan saya pegal2 karena ga tau harus berpose kaya apa lagi supaya bisa duduk dengan nyaman.
Jadi kesimpulannya, gimana perjalanan saya dengan kereta yang seharusnya penuh cinta? Let's see... Harga tiket yang hampir sama dengan harga tiket pesawat, ditambah biaya makan dari gerbong restorasi yang bikin biaya perjalanan naik kereta lebih mahal dari tiket pesawat, waktu tempuh 16 jam yang bikin mati gaya semati-matinya, pasangan yang badmood karena ga bisa ngeroko sepanjang perjalanan, pantat yang mati rasa karena duduk kelamaan, tetangga sebelah yang ngoroknya keras banget, dan bau durian sepanjang Jogja. Saya cuma bisa bilang kalau ini perjalanan yang "berkesan" dan misi saya dalam quality time penuh cinta gagal total. Dan jangan harap saya punya foto2 selfie mesra, mau nyolek pasangan aja saya mikir ribuan kali karena takut diomelin :|
Trus, gimana dengan nasib kereta api sebagai alat transportasi favorit saya? Kereta masih jadi favorit saya kok, untuk perjalanan jarak dekat. Di Jakarta, Jakarta - Bandung, ataupun pas ke Cirebon untuk menghadiri nikahan teman saya, saya masih suka naik kereta. Tapi lain kali untuk perjalanan jarak jauh atau antar provinsi, saya akan mempertimbangkan pesawat sebagai opsi lain. Untungnya nasib percintaan saya juga ga berakhir gara2 kereta :))