Saturday, February 27, 2016

Singapore (Day 4)

Hari terakhir di Singapura, saya bangun tidur kamar lebih kosong karena 3 teman seperjalanan udah pulang duluan dengan penerbangan pagi2 buta. Akhirnya kami berempat yang tersisa siap2, sarapan, dan packing sebelum akhirnya memutuskan check out pagi biar bisa jalan2 dulu. Hmm.. Emang yang namananya liburan itu jangan pulang dengan pesawat pagi, selain ga perlu bangun pagi2 buta, kita juga bisa manfaatin waktu untuk cari oleh2 yang kelupaan atau jalan2 di destinasi wisata yang dekat2. Lumayan kan, mengingat ga setiap hari kita bisa jalan2 di negeri orang ;)
Pas check out kami mengembalikan handuk dan selimut yang dipinjemin dengan jaminan deposito 10 SGD. Jadi setelah kita ngembaliin handuk & selimut ke pihak hostel, uang deposito kita juga bakal dibalikin. Lumayan kan di hari terakhir dapat tambahan uang 10 SGD. Hehehe... Setelah urusan check out kelar kami jalan menuju Orchard Road dengan bawa semua barang bawaan. Untungnya karena tema liburan ini adalah backpacker, jadi kami tim yang anti-repot cuma bawa satu ransel dan satu tas selempang kecil. Isi tasnya juga cuma baju2 dan sedikit oleh2 aja jadi ga terlalu berat untuk digendong kemana2 :)

Sampai di Orchard Road sebenarnya kita cuma jalan2 aja sih sambil mengagumi bangunan2 disana, apalagi sebenarnya di hari kedua kami udah kesini. Tapi mengingat ini merupakan salah satu iconnya Singapura langsung kami foto2 dengan suasana yang 'Orchard banget' yang belum sempet keambil di hari kedua. Hehehe... teteup, butuh pengakuan kalau kami pernah ke Singapura :)) . Karena selama 3 hari terakhir kaki kami dihajar dengan jalan2 level hardcore, barulah di hari terakhir ini saya ngerasa kaki saya mulai pegal2 kalau dipakai jalan jauh. Akhirnya kami jalan santai kemudian naik MRT menuju Changi Airport.

Orchard Road

Sampai di Changi Airport di stasiun MRT di terminal 2 kami naik Skytrain ke terminal 1 untuk check-in. Maklum, penerbangan hemat Air Asia  ada di terminal 1. Setelah check-in dan dapat boarding pass, kami masih punya waktu beberapa jam sebelum boarding sehingga kami memutuskan jalan2 ke terminal 3 untuk makan sekalian mengelilingi Changi Airport. Changi Airport ini emang keren banget, desainnya modern dan luaaaaaaaassssss banget. Di bandara ini segala ada deh, rasanya mau jalan2 di bandara aja juga bisa, banyak toko dan pemandangan yang bisa dinikmati disini. Saking banyaknya malah bisa dijadiin tujuan wisata sendiri. Malah di terminal 3 ini ada Butterfly Garden yang punya koleksi kupu2 lumayan banyak, sampai 1000 kupu2! Buat yang main ke Singapura atau sekedar transit, Butterfly garden ini sangat layak untuk dikunjungi. Emang taman ini kecil aja, tapi lumayan untuk dikunjungi. Letaknya di terminal 3, buat yang datang / pergi di terminal lain bisa naik Skytrain yang menghubungkan antar terminal, gratis tis tis :D
Di terminal 3 ini kita bisa cuci mata di toko2 branded dan menikmati pilihan restoran yang lebih lengkap daripada terminal 1. Akhirnya kami yang udah ngerencanain jauh2 hari kesampaian juga makan Burger King. Maklumlah, jaman dulu di Bandung belum ada Buurger King, malah jumlah Burger King di indoensia masih bisa dihitung pakai jari. Saya yang kalap pesan paket burger XXL dengan berbagai upgrade, seperti upgrade french fries dan upgrade Milo jadi ukuran super jumbo. Bener2 ga mengecewakan, burgernya hampir seukuran piring, kentangnya sampai tumpah2, dan milonya cukup untuk stok cairan satu hari. Harganya juga jumbo, sekitar 13 SGD. Pokonya yang paling saya ingat kalau dirupiahin, saya makan seharga 120 ribu. Yang lebih dahsyat lagi adalah makanan porsi rame2 itu bisa dibilang saya bisa habis. Selain karena lapar, juga karena saya ogah rugi :))

Selesai makan kami langsung kembali ke terminal 1 karena udah mendekati waktu boarding. Perut yang terlalu kenyang sambil dibawa jalan ternyata bukan ide yang bagus. Di boarding room perut saya mules ga karuan. Saya kebelet boker T__T . Karena masih ada waktu sebelum boarding ke pesawat, sayapun segera cari toilet untuk mengadakan hajatan (baca : buang hajat). Toiletnya besar dan bersih, saya udah membayangkan diri saya bisa menikmati acara hajatan saya dengan nyaman. Tapi kenyataan memang menyakitkan, ternyata di bilik toilet ini saya ga nemu semprotan air. Alamak... Mati kita ToT . Kalau cuma pipis aja sih saya bisa pakai tissue yang dibasahin di wastafel, ini masalahnya saya mau Be-A-Be melampiaskan perut mules melilit. Akhirnya sambil terkentut2 dan nahan bunga kentut yang udah di ujung banget saya balik ke teman2 saya untuk minta sumbangan botol. Lumayan saya bisa bawa satu botol bekas air mineral ukuran kurang lebih 330 ml, saya juga dapat sumbangan sabun kertas sekali pakai, dan saya ambil tissue basah sebanyak2nya dari wastafel. Sayapun berhasil melampiaskan nafsu sambil harap2 cemas pasang telinga untuk panggilan boarding. Ini enaknya jalan2 sama teman, ada yang bantuin kita disaat2 susah. Kalau saya sendirian mungkin saya cuma bisa nangis di pojokan meratapi nasib dengan perut super mules :))

Kelar urusan perut, saya balik ke boarding room dengan perasaan lega. Kamipun pulang ke Indonesia dengan perasaan puas setelah jalan2 4 hari 3 malam di Singapura. Pesan moral yang bisa diambil dari jalan2 kali ini adalah persiapkan kondisi fisik sebelum jalan, cek tiket promo jauh2 hari, browsing untuk destinasi wisata dan cek juga apakah ada event yang diadakan di tempat dan waktu yang kita tuju, dan yang paling penting jangan makan kebanyakan kalau ga mau kebelet boker di saat2 genting :)) . Singapura juga menurut saya termasuk kota yang ramah untuk backpacker pemula macam kami. Fasilitas hostel yang bertebaran, transportasi yang memadai, informasi yang jelas bikin Singapura jadi kota yang bisa dijadikan tujuan untuk yang mau belajar backpackeran, atau kalau mau nyoba solo backpacker pertama kali.
Akhir kata, terima kasih untuk teman2 jalan-jalan-gembira di Singapura. Sebagai catatan, untuk foto2 saya lupa mana foto yang diambil sendiri, mana yang diambil oleh teman2 yang lain. jadi untuk sumber foto (kecuali video) dari 4 postingan saya jalan2 ke Singapura diambil dari kamera saya dan teman2 yang lain, termasuk milik cokelatdanhujan (kapan kita jalan2 lagi? :D )

End.

Wednesday, February 24, 2016

Singapore (Day 3)

Rencana kami di hari ketiga di Singapura adalah mengunjungi Sentosa Island. Itu loh, tempat yang ada Universal Studio, SEA Aquarium, Trick Eye Museum, dll. Sebenarnya banyak jalan menuju Roma Sentosa Island, bisa naik MRT, naik bus, naik Cable Car, naik Sentosa EXpress, naik Taksi, atau bahkan jalan kaki di Broadwalk. Melihat kondisi keuangan dan kesehatan, udah pasti naik taksi dan jalan kaki dicoret dari list kami. Akhirnya kami memutuskan untuk nyoba naik Cable Car, supaya kami bisa menikmati Sentosa dari atas. Lagipula jarang2 kan kita bisa naik Cable Car di Singapura ;) . Dari hostel kami berangkat pagi naik MRT menuju stasiun Harbour Front, trus jalan menuju Cable Car yang terletak di Vivo City. Ga perlu takut nyasar karena dari stasiun MRT ini hampir di setiap belokan ada petunjuk arah menuju tempat Cable Car. Saya agak lupa untuk harga naik Cable Car ini, kalau ga salah emang agak mahal, yaitu sekitar SGD 20++ include biaya masuk ke Sentosa. Tapi menurut saya harga tersebut cukup worth it sih, selain dalemnya yang lega, dari Cable Car ini kita juga bisa lihat pemandangan seluruh Sentosa Island. Sayangnya saya ga bisa loncat dan turun di tengah jalan, soalnya kalau bisa kan lumayan bisa turun di tengah2 Universal Studio tanpa harus bayar :p
Setelah lihat2 pemandangan dan foto2 di Cable Car, akhirnya kamipun mendarat di Imbiah Station.

Pemandangan Cable Car Sentosa Island

Dari Imbiah Station kami jalan menuju Imbiah Lookout. Disini lagi ada acara karyawisata anak2 SD. Jadilah kita menyusup di rombongan dedek2 ini, jalan2 dan foto2 di sekitar Images of Singapore. Selesai menyusup di rombongan anak SD, kamipun kembali ke realita menuju Merlion Park, dimana ada patung Merlion superbesar. Singapura ini emang dimana2 ada Merlion yang jadi jadi iconnya, atau mungkin ini induknya Merlion yang ada di Marina Bay. Dari Merlion Park kami menyusuri Merlion Walk. Sepanjang jalan Merlion Walk ini kami melewati taman air mancur yang keren banget. Di sepanjang jalanan yang menurun ini ada kolam yang terbuat dari keramik warna-warni dan air mancur yang hilang timbul dari lubang2 dengan jalur2 yang unik. Di ujung Merlion Walk ini kami lewat jalan menurun yang berkelok2 yang disampingnya banyak tanaman. Kesan yang saya tangkap sepanjang jalan ini adalah bagus dan bersih. Kebersihan di Singapura ini emang patut dijadikan contoh, coba bandingkan sama tempat wisata di Indonesia. Hampir semua tempat wisata yang saya temuin dipenuhi coretan2 grafiti (mending kalau bagus -__-" ) atau sampah yang berserakan dimana2. Lanjut, kami berjalan menuju Bus Stop untuk naik shuttle-nya Sentosa yang mirip kereta tanpa pintu di Taman Safari, menuju pemberhentian di Siloso Beach.
Di Siloso Beach kami sempat duduk2 di pantainya sambil istirahat sebentar, lalu jalan menyusuri jembatan kayu menuju pulau kecil yang terhubung di Siloso Beach. Di pulau kecil ini kami berfoto2 di atas batu2 raksasa. Kebetulan saya difotoin teman saya dari belakang yang jadi profile picture twitter saya sampai sekarang. Kami nyampe di Siloso Beach ini menjelang siang, jadi mataharinya terik banget. Apalagi saya saltum alias salah kostum, main ke pantai tapi pakai celana panjang jeans dan sepatu Converse.

Mengingat hari udah semakin siang dan masih banyak tempat wisata yang mau dikunjungi, kami memutuskan untuk makan siang lalu kembali ke daratan #halah :)) . Main di Sentosa Island ini idealnya dilakukan dalam 1-2 hari kalau mau masuk ke semua wahana/atraksinya. Tempat yang menarik dan menurut saya wajib dikunjungi adalah Universal Studio, Underwater World, Madame Tussauds Museum (yang entah kenapa saya selalu ingetnya Madame Tusna :| ), Siloso Beach, Fort Siloso, Trick Eye Museum, dan masih banyak lagi :)
Dari Siloso Beach kami naik Beach Tram menuju station untuk kemudian naik Sentosa Express ke Vivo City. Naik Sentosa Express walaupun monorailnya ga setinggi Cable Car tapi ga kalah menarik, kita bisa lihat pemadangan dibawah dan sekelilingnya. Di Vivo City Mall kami makan di foodcourt yang tersedia berbagai makanan, kalau mau cari yang halal, jangan lupa lihat dulu apakah ada label halalnya atau ga. Selesai makan, kamipun memutuskan berpisah untuk memberi kesempatan jalan2 sesuai minat masing2.

Merlion Park, Merlion Walk, Siloso Beach

Selesai makan rombongan kami terpisah jadi 3 grup, ada yang lanjutin belanja, ada yang ke Art Science Museum, sedangkan saya dengan seorang teman pergi ke tempat yang udah saya incar sebelumnya : MINT Museum of Toys :D .  Sekilas info aja, MINT disini merupakan singkatan dari Moment of Imagination and Nostalgia with Toys. Permainan kata yang cukup menarik karena dalam istilah toys / action figure / comic books, mint bisa diartikan juga "dalam kondisi sempurna", yang kebanyakan didapat masih dalam kemasannya (belum pernah dibuka).  Hebatnya lagi, Mainan di MINT Museum of Toys ini jumlahnya bisa sampai 3000++ dan semuanya adalah koleksi pribadi dari orang Singapura bernama Chang Ya Fa, dari dia kecil sampai dewasa. Di museum ini memamerkan koleksi mainan superjadul dari seri Tintin, Popeye, Astro Boy, Batman, dll; komik2 jadul kaya Flash Gordon, Batman, Superman, dll; poster2 film & kartun; lunchbox berbagai karakter seperti Transformer jadul, Tintin, Snoopy, Hulk, dll; Figures seperti Beatles, dll; boneka termasuk Barbie, dan masih banyak lagi... Saking banyaknya sampai ga mungkin saya sebutin satu persatu, dan saking banyak fotonya ga mungkin saya tampilkan satu persatu. Koleksi2 ini dipajang dalam lemari kaca, dengan pencahayaan terbatas, untuk menghindari warna mainan memudar. Disini juga ada area duduk2, berisi sofa yang dikelilingi mainan2. Duh, lampu remang2, kursi empuk, dan suasana sepi ini bener2 bikin kita malas beranjak. Pulang dari sini saya langsung ngomporin MTM (mantan tapi mesra :p ) saya yang langsung menghujat saya abis2an karena iri setengah mati. Ahahahaha... Tuh kan, rugi putus sama saya #eh :p

Sebagian kecil isi dari MINT Museum of Toys

Puas menjelajahi private museum ini, kami berdua janjian untuk gabung lagi sama teman2 yang lain di Dhoby Ghaut. Setelah ngumpul kami menuju Mustafa center di kawasan Little India. Di Mustafa center yang buka 24 jam ini selain harganya lumayan miring juga jualannya lengkap banget, ada jam, tas, baju, elektronik, sampai makanan. Lumayan buat orang yang cuma punya waktu terbatas di Singapura tapi banyak list barang yang harus dibeli. Disini saya sempat beli beberapa cokelat yang susah dicari di Indonesia. Lumayan selain untuk oleh2 juga untuk dimakan sendiri...hehehe.. 
Dari Mustafa Center kami menuju daerah Bugis dan berpisah. Ada yang lanjut belanja ke Bugis Junction, ada yang nyari oleh2 di Bugis Street, sedangkan saya sendiri karena udah pernah kesitu jadi saya dan seorang teman memutuskan balik ke hostel yang untuk nyimpen barang sekalian istirahatin kaki sebentar. Setelah mengamankan cokelat yang baru dibeli ke dalam tas dan ke dalam perut, ritual pijat2 kaki dimulai sebelum lanjut jalan lagi malam harinya.
Menjelang malam, kami ketemuan sama teman2 geng belanja ini di KFC di Bugis. Setelah kumpul kami makan malam di Nasi Lemak yang ga jauh dari KFC. Nasi lemak disini unik juga sih karena lauknya macam2, mulai dari yang standar kaya ayam, yang ga biasa seperti katsu, sampai yang (menurut saya) ga nyambung seperti sosis. Aneh aja sih, nasi lemak yang rasanya kaya nasi uduk ini dimakan dengan sosis sebagai lauknya :| . Saya sendiri milih lauk katsu sebagai menu makan malam :D

Selesai makan kami menuju Marina Bay Sands (lagi). Sambil jalan menuju kesana saya diajak teman saya ke tempat yang saya ga tau dimana tapi keren banget...Hehe.. Kaya jembatan yang diatasnya banyak bunga2 dan pemandangan kota yang bagus dan bersih banget. Tempatnya agak sepi jadi asik buat nongkrong sambil santai2 dan menikmati pemandangan. Kemudian kami lanjutin perjalanan ke Art Science Museum yang jadi sasaran Visual Art bagian dari i-Light Festival. Dinding Art Science Museum yang bentuknya ga biasa itu dihiasi dengan gambar2 dan animasi sederhana bertema bunga2 dan kupu-kupu. Seperti biasa, pas banget kami berkunjung kesini :D
Dari Art science Museum kami lanjut naik Double Helix Bridge yang desainnya terinspirasi dari struktur DNA. Di malam hari jembatan ini dihiasi lampu2. Jembatannya cukup luas dengan bunga2 disamping sepanjang jembatan. Disini kami berhenti dan foto2 dulu *wajib*. Dari Double helix bridge kami lanjut ke arah Esplenade. Bedanya karena malam hari dan lagi ada i-Light Festival, daerah ini disulap jadi venue yang keren abis. Dari Double helix bridge ke arah Esplanade ini kita disuguhi pameran lukisan karya anak2 SD, dan instalasi lampu berbentuk orang dengan berbagai pose yang nyala gantian sehingga keliatan kaya orang2 lagi menari.
Setelah sempat foto2 di Esplanade yang bangunannya mirip durian, kami lanjut melewati Esplanade Bridge menuju Merlion Park (lagi). Di Merlion Park, patung Merlion ini udah disulap jadi salah satu spot untuk pertunjukkan lampu dan dihiasi lampu warna-warni. Lampu2 tersebut muncul sedikit2, per bagian dari Merlion, mulai dari helaian rambutnya satu2, sisiknya, air mancurnya, sampai akhirnya semua bagian Merlion tertutup lampu warna warni. Keren! Rasanya pengen berlama-lama disini, sayangnya kami harus balik ke hostel sebelum terlambat naik MRT terakhir. Akhirnya kami pulang naik MRT sampai stasiun Bugis dan lanjut naik bus sampai depan hostel.
Sampai di hostel 3 orang teman langsung packing karena besoknya harus pulang dengan penerbangan pagi. Sedangkan saya dan 3 teman lainnya masih leyeh2 karena besok kami masih punya banyak waktu sebelum pulang naik penerbangan siang :)

Visual Art di Art Science Museum dan Pemandangan Marina Bay Sands

i-Light Festival Singapore

to be continued...

Wednesday, February 17, 2016

Singapore (Day 2)

Hari kedua diawali dengan buka mata langsung liat bulu kaki. Kami tidur di kamar yang berisi 4 bunk bed mix dorm dengan kamar mandi luar. Karena kami bertujuh dan kebetulan hostel juga ga terlalu penuh, akhirnya kami semua dikasih satu kamar beserta kuncinya. Kebetulan ranjang saya di bagian atas sebelahan sama cowo satu2nya di grup kami. Alhasil, buka-tutup mata yang saya liat kalau ga mukanya ya bulu kakinya :))
Bangun tidur saya langsung ke kamar mandi. Biasanya saya hobi masuk kamar mandi terakhir2 karena kebanyakan leyeh2nya dulu. Tapi mengingat kamar mandi ini dipakai rame2 sama tamu hostel, saya memutuskan untuk memakai kamar mandi sebelum dipakai orang lain, mumpung masih bersih dan kering. Sebelum mandi saya survey dulu mana toilet & shower yang paling nyaman, dari sisi kebersihan dan lokasinya yang startegis. Untungnya hostel ini nyaman dan bersih, jadi setelah menemukan kamar mandi yang pas saya bisa melakukan ritual di pagi hari dengan tenang dan memuaskan.
Setelah mandi dan sambil nunggu sarapan yang belum tersedia, saya bareng dengan 2 orang teman penasaran dengan lingkungan sekitar hostel. Kami bertiga jalan2 ke arah Arab Street sekalian pemanasan. Kami melewati Masjid Sultan yang terkenal, lokasinya diantara Malay Heritage Centre dan Arab Street. Setelah mampir di 7-eleven kami kembali ke hostel. Sampai di hostel sarapan udah tersedia, lumayan ada roti & selai, serta teh & kopi. Semuanya self service, mulai dari ambil piring, ambil roti & selai, bikin kopi, sampai cuci piring yang bekas kita pakai. Walaupun rasanya biasa aja, tapi lumayanlah untuk ganjal perut dan saving cost :D

Udah makan, penampilan udah oke, semua udah siap, dan petualangan kamipun dimulai. Tempat pertama yang kami kunjungin adalah Central Business District. Kalau biasanya CBD itu kita sering dengernya CBD Pluit, atau CBD kuningan, ini CBD Singapura. Awalnya saya mikir, ni teman saya ngajak wisata ko ke kantor. Tapi pas udah nyampe sana, tetep aja saya terkagum2 sama suasananya, gedung2 bertingkat, lingkungan yang bersih, dan orang2nya yang berjalan cepat. Walaupun daerah padat perkantoran, tapi ga semrawut kaya Jakarta. Saya jadi berangan2 kapan ya Indonesia bisa kaya gitu, kota besar tapi tetap nyaman banget... Halah, emang yang namanya rumput tetangga selalu keliatan lebih hijau :|
Dari CBD ini kami lanjut ke The Fullerton Hotel Singapore yang jaraknya ga terlalu jauh. Kalau di KL saya sempet ngerasain jadi turis borju yang numpang tidur di hotel bintang 5, kali ini saya jadi turis yang numpang foto2 di depan hotel bintang 5. Selain ngiri sama yang bisa nginep disana, hotel ini emang menarik ko dengan gaya arsitekturnya yang khas. Dibangun awal tahun 1900-an sampai kemudian di awal tahun 2000-an alih fungsi jadi hotel.
Dari Hotel Fullerton kami sempat belok sedikit untuk nengok Merlion. Tapi cuaca yang panasnya naujubila bikin kami ga berlama2 di Merlion. Walaupun ga lama, tapi biar afdol tetep harus foto khas minum air mancur dari patung Merlion *kedip2* Tapi tenang aja, biarpun saya punya fotonya, saya ga akan membuat kalian memandangi foto dengan gaya norak saya :p


Seputaran kawasan Business District, Hotel Fullerton, dan Merlion

Dari Merlion kami lanjut ke Raffles Landing Site. Yang tersohor dari tempat ini adalah patung Raffles sebagai memoar mendaratnya Sir Stamford Raffles, nama yang dulu susah untuk saya ingat padahal sering ditanya pas ulangan sejarah jaman sekolah, tapi pas udah gede dan ga ada yang nanya saya malah ingat terus. Dari Raffles Landing Site kami jalan ke arah Asia Civilization Museum, dan menuju Fort Canning Park. Disini kami melewati heritage dan tempat2 yang keren seperti public Art Window of Hope, St. Andrew Cathedral, dari jauh kelihatan City Hall, kami juga melewati Singapore Philatelic Museum yang langsung saya masukkan sebagai destinasi pribadi saya, Armenian Church of St. Gregory The Illuminator yang embel2 illuminati-nya jadi catchy gara2 saya baca bukunya Dan Brown, The Bible Society, dan Registry of Marriage Singapore (mungkin ini KUA-nya Singapura), sampai akhirnya sampai di Fort Canning Park untuk istirahat sambil foto2.


Seputaran Raffles Landing Site sampai Fort Canning Park

Selesai istirahat dan jalan2 sebentar di Fort Canning Park kami menuju Dhoby Ghaut yang letaknya ga terlalu jauh dan naik MRT menuju Orchard Road. Begitu sampai yang pertama kali kami lakukan adalah nyari makan siang. Kami memutuskan makan siang di food court di Lucky Plaza. Saya sendiri memilih makanan Jepang sepaket dengan minumannya. Untuk harga ada di kisaran 3-5 SGD (saya lupa tepatnya berapa). Untuk yang mencari makanan halal di Singapura, di Lucky Plaza ini cukup banyak pilihannya dan bisa jadi alternatif. Selesai makan kami lanjutkan jalan2 di seputaran Lucky Plaza dan Orchard Road. Saya & teman2 juga sempat jajan di Uncle Ice Cream yang fenomenal di Orchard Road, walaupun sempat gondok juga karena yang jual lupa kalau saya udah bayar duluan dan ngotot kalau saya belum bayar (lain kali mendingan saya bayarnya pas es krimnya udah jadi dan mau dikasih ke kita daripada bayar duluan trus penjualnya lupa, maklum yang jual udah berumur). Harganya sih cuma 1 SGD, tapi malunya itu loh diliatin para bule2 *tutup muka pake karung* ToT. 
Dari Orchard Road kami menuju Bras Basah Complex. Sepertinya yang terkenal disini adalah toko bukunya, tapi banyak juga ko toko lain selain toko buku. Sayangnya banyak toko yang tutup dan terkesan sepi. Entah karena bukan musim liburan, atau emang tempat itu kaya Be-Mall di Bandung yang antara hidup dan mati. Sementara teman2 saya yang lain window shopping dan shopping beneran, saya menghabiskan waktu di toko jam di kompleks pertokoan ini, mikir2 saya beli jam atau ngga. Kebetulan saya nemu jam Swatch yang udah lama jadi incaran saya. Karena pertimbangan harganya dan persediaan uang, akhirnya saya memutuskan ga beli. Berat sih, kepikiran sampai besoknya, tapi daripada liburan ini saya jadi miskin dan ga mampu jalan2 atau beli makan? Rugi banget (notes : akhirnya saya dapat jam incaran saya ini 2 tahun kemudian di toko Swatch Emporium Mall Jakarta. Bener kata orang, yang namanya jodoh ga bakalan kemana ;) ).

Dari Bras Basah Complex kami naik MRT menuju Chinatown. Di Chinatown kami jalan2 sekalian lihat siapa tau ada oleh2 yang oke, oke di kantong, juga oke ukuran & beratnya. Kayanya di banyak negara Chinatown dikenal sebagai pusat jajanan atau oleh2 murah ya :D . Disini saya beli oleh2 yang menurut saya lucu, murah, dan yang pasti ukurannya kecil & ringan jadi gampang dibawa. Saya beli kaleng seukuran kartu remi warna putih dengan gambar khas Merlion tapi dengan desain dan warna yang simpel, ga norak. Di dalamnya juga ada kartu remi yang menurut saya unik desainnya.
Dari Chinatown rencananya kami akan ke Marina Bay, kebetulan disana lagi ada light festival yang bukanya (pastinya) malam. Karena waktunya masih lama, akhirnya saya dan partner in crime saya memisahkan diri untuk berkunjung ke museum. Tujuan pertama kami berdua adalah Peranakan Museum. Peranakan museum ini adalah museum yang menceritakan budaya Peranakan di Asia umumnya, dan Singapura khususnya. Peranakan Museum ini adik-kakak sama Asia Civilization Museum yang lokasinya dekat dengan Raffles Landing Site. Dalam Peranakan Museum dipamerkan koleksi untuk acara pernikahan, alat makan, kebaya, batik, lukisan, perhiasan, dsb. Museum ini terdiri dari 3 lantai yang dibagi menjadi 10 galeri. Yang saya kagumi adalah penjelasannya yang cukup lengkap termasuk asal muasal budaya atau pengaruh budaya tersebut, seperti dipajang juga kain batik asal Indonesia yang dijelaskan dengan detail daerah asalnya, seperti Jawa Barat, Sumatera, dsb. Lumayan kan secara ga langsung mempromosikan keragaman budaya Indonesia :)


Salah satu sudut di Peranakan Museum

Puas lihat2 di Peranakan Museum kami lanjut jalan ke museum yang udah kami incar sebelumnya, Singapore Philatelic Museum. Selain tiket masuk kita juga disitu dapat kartu pos naga dan kartu pos Tintin sebanyak 4 buah. Di dalamnya ada cerita sejarah surat menyurat, dan koleksi perangko yang menarik bagi saya karena banyak juga perangko dengan tema kartun, termasuk koleksi perangko Tintin yang saat itu lagi jadi main event. Oya disana juga ada perangko glow in the dark yang sengaja ditempatkan di tempat yang gelap dan perangko lapis emas. Keren kan... Sebagian besar perangko disimpan di lemari kaca, dan ada beberapa yang disimpan di tempat lebih terbuka. Hmmm...Kayanya makin mahal / berharga, tempat penyimpanannya lebih ketat. Bahkan untuk bagian koleksi perangko Tintin, kita dilarang mengambil foto.
Selama kami mengunjungi dua museum diatas bisa dibilang pengunjungnya cuma kami berdua. Sepiiii banget. Selain emang kita datang kesana bukan di musim liburan, kayanya museum emang bukan destinasi wisata favorit untuk sebagian orang. Beberapa teman kamipun lebih milih belanja daripada tur ke museum2. Setelah puas keliling di Philatelic Museum ini, ga kerasa udah sore banget. Kami segera menuju Marina Bay Sands sekalian janjian sama teman2 yang lainnya.


Singapore Philatelic Museum

Di Marina Bay Sands kami harus puas dengan jalan2 di bagian bawah aja, soalnya kalau mau naik keatas kita harus bayar sekitar 19-20 SGD. Bah, uang segitu bisa untuk makan 3x plus transport. Akhirnya kami ke bagian pelataran Marina Bay Sands. Bisa dibilang kami cukup beruntung karena kedatangan kami pas dengan pertunjukkan laser-air mancur yang merupakan bagian dari i-light festival yang diadakan di sepanjang Marina Bay, mulai dari Marina Bay Sands sampai dengan Merlion Park. Akhirnya kami nonton sambil duduk lesehan dengan posisi yang strategis, cukup depan untuk bisa duduk enak tanpa kehalang orang2, tapi ga terlalu dekat untuk kena percikan airnya. Sepanjang pertunjukkan saya cuma bisa bengong dengan mulut menganga. Keren. Banget. Benar2 kreatif dan....Wow. Pertunjukkan ini menceritakan tentang perjalanan manusia dari lahir sampai dewasa, pastinya dengan unsur budaya. Pertunjukkan yang berdurasi 20 menit ini diulang (kalau ga salah) setiap 2 jam. Kami beruntung banget pas kesana pas pertunjukkan akan dimulai :)
Selesai pertunjukkan kami lanjut ke Clarke Quay. Clarke Quay adalah dermaga di pinggir sungai yang sekarang dipenuhi restoran dan klab. Rencananya kami mau sekalian makan malam. Biarpun tempat ini dipenuhi restoran, kami yang udah full team cuma bisa beli makan di 7-eleven sambil duduk2 di pinggir dermaga yang remang2. Maklum, urusan kantong yang tipis :)) . Anyway, waktu itu di Bandung belum ada 7-eleven, jadi saya yang pertama kali ngerasain makanannya 7-eleven di Singapura tetep ngerasa makanan itu spesial, apalagi makannya di tempat yang ga biasa :)
Setelah puas makan ala kadarnya, kamipun kembali ke hostel naik MRT. Sampai di hotel, pijat2 kaki dan istirahat. Jalan2 hari ini bagi saya udah masuk jalan kaki level hardcore. Bahkan teman saya yang cowo udah pakai persediaan koyo dan berbagai salep & minyak untuk dioles ke kakinya. Untungnya, saya belajar dari pengalaman sebelumnya waktu saya ke Kuala Lumpur, jadi kira2 2 minggu sebelum trip ini saya rajin jogging & jalan pagi. Hasilnya cukup membantu, walaupun kami banyak jalan kaki, tapi saya ga kewalahan kaya "tetangga sebelah kasur" dan siap untuk menjelajah di hari berikutnya ;)



Cuplikan dari pertunjukkan di i-Light Festival, Marina Bay Sands

To be continued...

Friday, February 12, 2016

Singapore (Day 1)

Saya jalan2 ke Singapura bulan Maret 2012 bareng teman2 kuliah saya. Kalau ke KL kemarin saya malamnya masih bisa tidur enak di hotel berbintang dan sempat jalan2 elit naik taksi, kali ini saya & teman2 tidur di hostel ala2 backpacker. Mungkin di Singapura inilah saya ngerasain pengalaman sebagai backpaker beneran :D
Rencana perjalanan kami sebenernya dimulai sejak setahun sebelumnya. Gara2nya waktu itu lagi ada promo tiket Air Asia, dimana kami dapat tiket untuk berangkatnya cuma 70ribu aja untuk rute Bandung - Singapura. Dapat harga tiket yang segitu murahnya, langsung kami sikat, yang penting beli dulu, rencana belakangan... Hehehe... Lumayan juga jadwal liburan yang masih setahun lagi bikin kami sempat nabung dulu dan cari akomodasi melalui internet. Kalau Trinity menjalankan trip around the world selama setahun, saya setahun cuma bikin planningnya aja. Ke Singapura doang lagi. Hebat kan? 
Rencana awal kami hanya berangkat bertiga aja, tapi kemudian beberapa teman kuliah kami akhirnya memutuskan ikut juga dan beli tiket menyusul. Akhirnya niat liburan backpacker-an dengan kelompok kecil berubah jadi kaya liburan ibu-ibu arisan, 7 orang (1 laki2 dan 6 perempuan) dengan jadwal tiket yang beda2, karena beberapa teman beli tiketnya masing2 dan mencari yang termurah. Awalnya sempat khawatir karena dari rombongan mini ini seleranya beda2, ada yang doyannya heritage, ada yang doyannya museum, ada yang lebih tertarik sama mainan, dan ada juga yang hobi dan niatnya belanja. Untungnya kita bisa sepakat untuk ittenary-nya, dan sepakat bakal ada jam dimana kita pisah untuk memuaskan hasrat masing2. Sisi positifnya juga, makin banyak orang makin murah karena bisa patungan :)

Hari pertama agak diluar dugaan karena masalah penerbangan. Sebenarnya jarak keberangkatan pesawat kami semua ga terlalu jauh, 4 orang ambil tiket untuk jam 8 pagi, sementara saya dan 2 teman yang punya rencana awal ke Singapura beli tiket untuk penerbangan jam 11 pagi (iya, buat saya jam 11 masih disebut pagi). Tapi akhirnya karena masalah teknis semua penerbangan ga sesuai rencana. Beberapa hari sebelum hari H, 4 orang teman yang seharusnya berangkat jam 8 pagi direschedule jadi jam 5 pagi, dan pas hari H-nya kami bertiga yang seharusnya terbang jam 11 delay sampai dengan 4 jam lebih. Inilah yang disebut jurang diantara kita, sebagian jadi pagi banget, yang lainnya jadi siang banget -__-" dan yang berangkat siang banget ini udah pasti bakal kehilangan waktu untuk jalan2 pemanasan di Singapura T__T
Yang lebih dahsyat lagi adalah pas hari H, 2 orang yang seharusnya berangkat jam 5 pagi itu terlambat datang sehingga ga bisa ikut penerbangan yang ditentukan. Alasannya adalah karena mereka Solat Subuh dulu di rumah. Ngngng... Mengingat rumahnya cukup jauh dari bandara, saya ga abis pikir juga sih kenapa ga Solat di bandara aja :| . Tapi gimanapun juga, anak soleh bakal disayang Tuhan. Mereka dapat kebijakan dari maskapai untuk ikut penerbangan kami. Yeay. Yang tadinya kami cuma bertiga untuk flight yang (awalnya) jam 11, sekarang jadi berlima. Cuma ya itu...Pesawat kami delay sampai 4 jam lebih, artinya dua teman kami ini harus rela tua di bandara.

Sambil nunggu waktu keberangkatan yang lumayan lama kami sempat keluar untuk makan & nongkrong, liat2 dalamnya bandara Husein Sastranegara, dan foto2. Untungnya saya cuma bawa satu ransel yang ga berat, jadi ga ribet sama sekali dan ga cape bawa2nya. Setelah jam keberangkatan udah dekat, kami balik ke bandara dan ternyata kami dapat satu paket McD sebagai kompensasi delay. Lumayanlah daripada singa terbang yang biasanya cuma ngasih roti & aqua.
Kami sampai di Changi Airport Singapura sekitar jam 6-7 malam waktu setempat (waktu Singapura lebih cepat satu jam dibandingkan waktu di Bandung). Sayapun bisa ngelewatin imigrasi tanpa kesulitan. Kelar urusan imigrasi kami berempat langsung naik skytrain untuk ke terminal 2 yang ada stasiun MRT. Di stasiun MRT kita beli EZ Link seharga 12 SGD (waktu itu kursnya 1 SGD = Rp 6.800) yang masa berlakunya 5 tahun. Selain bisa dipakai untuk naik MRT juga bisa dipakai untuk naik bus. Lumayan, pulang ke Indonesia nanti kartunya bisa dipakai kenang2an atau oleh2 :)


Kartu keramat untuk keliling Singapura

Dari bandara kami naik MRT, transit di Tanah Merah, lalu melanjutkan MRT lain sampai Bugis. Kami menginap di ABC Hostel di Jl. Kubor di daerah Bugis. Sebenarnya dari sini ke hostel walaupun ga terlalu jauh bisa naik bus, tapi kami yang waktu itu masih bego dan excited memutuskan jalan kaki. Saya sih ga masalah karena cuma bawa ransel yang keisi setengah, tapi dua teman saya bawa koper segede gaban karena mereka emang mau niat belanja. 
Beres nyimpen barang di hostel, kami keluar untuk jalan2 santai. Ini jalan2 pemanasan yang seharusnya bisa kami nikmati siang hari. Kami jalan2 ke Bugis Street sekalian cari makanan atau cemilan. Sayangnya karena udah kemaleman, jalan2 sebentar kami langsung disuguhi tontonan pedagang tutup kios. Kamipun pulang sambil muter2 sedikit.
Besok2 kami pasti kesini lagi ;)


Bugis Street

Oya, untuk foto2 di Singapura selain foto yang saya ambil sendiri, ada juga foto dari teman2 saya. Salah satunya dari pemilik blog coklatdanhujan.wordpress.com yang jadi partner in crime jalan2 saya karena selera kami yang hampir sama. Kalau kalian mampir ke blognya dan liat2 fotonya, saya disitu yang paling ganteng, eh apa ganteng kedua ya :p

To be continued...

Monday, February 8, 2016

Senyum Limited Edition Mas-Mas Imigrasi

Bulan Januari 2016 lalu pas saya pulang ke Bandung saya sempatin untuk perpanjang paspor. Sebenarnya paspor saya baru expired bulan Maret 2016, tapi karena masa berlakunya udah kurang dari 6 bulan, jadi saya perpanjang juga walaupun belum ada rencana ke luar negeri. Sebelum ke Bandung saya sempat browsing2 tentang tata cara perpanjang paspor apakah masih sama atau berubah, maklum terakhir ngurus paspor kan 5 tahun yang lalu. Saya sempat baca kalau ternyata ngurus paspor lebih praktis kalau daftar online, dan di jaman modern ini disarankan untuk langsung bikin e-paspor. Konon katanya keunggulan e-paspor ini ada chipnya di dalam paspor jadi lebih susah dipalsukan. Karena e-paspor yang lebih "terpercaya" ini jadi kalau mau masuk beberapa negara Eropa & Amerika jadi lebih gampang. Itu katanya loh ya...soalnya saya ga pernah nyoba juga. Untuk WNI yang udah punya e-paspor katanya lagi di bandara Soekarno Hatta kita ga perlu cape2 antri lagi, bisa langsung lewat gerbang khusus. Oya, untuk yang punya e-paspor pemerintah Jepang juga membebaskan visa kunjungan selama 15 hari. Syaratnya cuma perlu daftar tapi ga perlu bayar visa lagi.

Berbekal informasi tersebut, saya semangat '45 untuk bikin e-paspor. Emang harganya bisa 2x lipat paspor biasa, tapi dengan pertimbangan jangka panjang saya memutuskan mau bikin e-paspor aja. Apalagi saya browsing di situs resmi imigrasi Bandung, disitu tercantum biaya dan proses pembuatan e-paspor. Sayangnya untuk e-paspor ini kita ga bisa online, tapi harus walk in. Ga masalah karena persyaratan yang diperlukan seperti kartu keluarga dan akta kelahiran saya ada di rumah di Bandung, jadi emang daftar online ga jadi pilihan buat saya. Syarat untuk perpanjang paspor sendiri adalah Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, KTP, Materai (untuk surat pernyataan)dan Paspor Lama. Semua difotokopi 1x dan dibawa aslinya. Untuk ngurus paspor ini, dilarang pakai sendal jepit ya, dan harus pakai kemeja selain putih. Kalau masih nekat konsekuensinya adalah ga dilayani.

Jam operasional Imigrasi Bandung mulai jam 07.30 WIB. Tapi saya dikasih tau ipar saya kalau yang walk in ini antrinya panjang banget, bisa sampai parkiran motor. Untuk pengambilan nomorpun dibatasi hanya sampai jam 10.00 WIB aja. Jadi kalau jam 10 pagi masih antri mau ambil nomor, ya wassalam, silakan coba lagi besok. Karena udah dapat info duluan, saya yang bareng sama kakak saya berencana antri dari jam 6 pagi. 
Besok paginya apa daya rencana tinggal rencana, alarm HP dan tekad bangun pagi ga cukup untuk ngebuka mata. Pagi aja masih buta, apalagi saya, buta dan pingsan :| . Saya baru bangun jam 6 kurang 10, itupun dibangunin kakak saya. Untungnya kami udh terlatih bangun & siap2 di last minute, jadi jam 06.10 kami udh meluncur ke kantor imigrasi. Sampai di kantor imigrasi jam 06.45 pagi. Langsung kakak saya antri, sementara saya ambil formulir dan fotokopi berkas2. 

Sesuai dengan tradisi kantor pemerintahan pada umumnya dimana konsumenlah yang menunggu petugas, kantor imigrasi baru dibuka jam 8 kurang. Malah saya masih liat beberapa petugas yang baru datang dan masih nyari tempat parkir mobil. Pelan2 antrian mulai maju. Saya yang antri satu jam sebelum kantornya buka dapat antrian nomor 84 dan kakak saya dapat nomor antrian 88. Luar biasa. Untuk dapat nomor antrian ini kita diperiksa berkas2 aslinya, sesuai atau ga. Setelah dapat nomor antrian dan menganalisis dimana pergerakan nomor antrian yang dipanggil sekitar 30 orang/jam, kami memutuskan untuk cari sarapan dulu. Di belakang kantor imigrasi ini ada kantin dengan berbagai dagangan. Sayangnya yang buka cuma beberapa, lalu kami memutuskan untuk makan baso tahu dan nongkrong2 dulu sebentar.
Beres sarapan kira2 jam stengah 11 kami balik ke kantor imigrasi. Sesuai perkiraan, jam 11 kurang saya dipanggil duluan. Haaa...Dengan pengalaman jabatan analyst dan engineer di kantor, memprediksi antrian bukan hal yang sulit buat kami berdua *nyengir sambil nangkap hidung yang terbang*.

Saya yang dipanggil duluan langsung menuju meja yang ditentukan di layar monitor. Saya kebagian mas-mas yang lumayan ganteng. Kayanya saya emang lagi beruntung hari ini, pas ngambil nomor antrian dilayani mas-mas yang muda & ganteng, pas wawancara juga dapat yang ganteng lagi. Yang mewawancarai saya ini kalau diliat dari seragamnya sih kayanya jabatannya paling tinggi diantara yang lain, dia ditemani seorang anak magang yang bertugas input2 data. 
Dari pengalaman saya, bedanya ngurus paspor bikin baru/pertama kali dan perpanjang adalah kalau perpanjang kita ga ditanya macem2. Apalagi kalau di paspornya udah banyak capnya, wawancara biasanya cuma basa basi doang atau sekedar nyocokin identitas. Kali ini petugas yang saya dapat emang rajin, dia nanya tujuan saya. Saya jawab aja maunya ke Thailand pertengahan tahun. Kan maunya saya, jadi sah2 aja dong...Hehe... Terus yang berikutnya ditanyain adalah pekerjaan. Emang di kolom pekerjaan ini ga saya isi. Saya tanya baliklah, "Emangnya kalau ga kerja ga boleh keluar negeri ya?" *pasang muka polos*. Trus dia jawab dengan agak ketus "Ya boleh sih". Laaahh...Trus ngapain nanya -___-" . Oiya, disini saya baru tau kalau ternyata di kantor imigrasi Bandung belum bisa melayani e-paspor. Huft. Gagal deh rencana saya punya paspor yang kekinian.

Setelah itu dia langsung minta saya cek lagi nama, dan setelah oke berkas tersebut dia kasih ke anak magang untuk diinput. Beres input berkas, dia langsung nyuruh saya untuk scan sidik jari tangan kanan. Pertama2 dia minta jempol, lalu telunjuk, jari tengah...Trus tiba2 dia ngomong dengan galaknya "jangan lihat saya, lihat monitornya, masuk ga sidik jarinya". Bah, saya yang lagi terbuai sama kegantengannya tiba2 kaget. Buset dah, ganteng2 ko jutek amat. Abis itu langsung saya pelototin monitor sambil masukin sendiri sidik jari saya. Emang petugas yang saya dapet ini dari awal ga ada senyum2nya dan kalau ngomong singkat2 dan terkesan galak. Lama2 saya bete juga dijutekin kaya gitu, mulailah saya cari2 ide buat ngebales (duh teman2 yang baca, jangan ditiru ya) akhirnya saya protes dengan nada bete kenapa di situs resmi imigrasi Bandung mencantumkan biaya & tata cara pembuatan e-paspor  kalau ternyata belum bisa melayani pembuatan e-paspor. Ditanya gitu baru deh saya dapat senyum dari si masnya sambil dia ngejelasin kalau itu hanya sekedar informasi aja untuk masyarakat yang mau buat e-paspor di Jakarta. Agak aneh juga sih, soalnya orang kalau mau buat e-paspor di Jakarta ngapain bukanya situs imigrasi Bandung. tapi ya whateverlah. Yang penting saya udah dapat acc dan slip pembayaran yang artinya perpanjangan paspor saya disetujui, tinggal bayar di teller bank BNI.

Setelah wawancara saya langsung difoto saat itu juga. Agak nyesel juga sih karena bangun kesiangan ga sempat mandi & keramas dulu. Padahal kan ini foto untuk 5 tahun, harus kece dong. Pas fotopun si mas ini ga pake aba-aba 1-2-3.. dan selesai foto langsung bungkus. Jadinya foto di paspor saya lebih mirip mugshot di kantor polisi daripada di kantor imigrasi.
Beres wawancara dan foto, saya keluar dan ternyata kakak saya baru dipanggil. Akhirnya saya nunggu kakak saya sambil ngeliatin bule2 dan orang2 korea yang mau ngurus ijin tinggalnya di Indonesia #lumayan. Ternyata prosesnya kakak saya jauh lebih cepat dari saya, dan dia juga dapat petugas yang ramah banget yang saking murah senyumnya, ga ada orangpun dia tetep senyum2...Sedangkan saya? Saya dapat petugas yang saya dapat senyumnya aja udah untung alias senyum limited edition :|

Entah kenapa menurut saya yang namanya petugas imigrasi itu imagenya adalah galak2. Kalau petugas imigrasi negara lain dan posisinya kita mau ngajuin visa, menurut saya masih okelah, mungkin mereka selektif sama orang yang mau masuk ke negaranya. Tapi kalau petugas imigrasi negara sendiri, dan posisinya adalah kita ngajuin paspor..Kenapa juga dipersulit? Bukannya udah bagus kita punya kasadaran melengkapi dokumen..Hehe.. Emang ga semua petugas imigrasi jutek2, buktinya kakak saya bisa dapat petugas yang ramah. Mungkin waktu itu saya lagi apes aja dapet yang jutek. Tapi sama kaya barang, biasanya yang limited edition itu justru yang paling spesial, begitu juga senyuman maut mas2 petugas imigrasi #eaaa :D

Wednesday, February 3, 2016

Cirebon (Part 2)

Hari kedua di Cirebon diawali dengan saya & seorang teman yang bangun terakhir. Mau ngantor ataupun liburan, bangun di last minute kayanya udah mendarah daging di saya -__-" . Setelah keluar kamar mandi dan ganti baju, kami langsung disuguhi nasi hijau sama tuan rumah. Walaupun lauk dan rasanya mirip2 nasi kuning, tapi lucu aja sih warnanya hijau. Berasa sehat aja, makan yang hijau2... Halah... Rasanya juga enak... Iyalah, kurang enak apa coba, bangun tidur, siap2, trus guling2 dikit langsung tersedia sarapan *ga tau diri* :D
Beres sarapan tujuan pertama kita adalah Batik Trusmi. Jalan2 hari ini rada gaya sih, soalnya kita diantar naik mobil, jadinya jauh dekat hajar aja :p . Batik Trusmi ini adalah batik khas Cirebon. Lokasinya agak di pinggir kota Cirebon, dimana ada 2 gang yang ujungnya nyambung, isinya pusat perbatikan Cirebon. Kalau dulu saya taunya batik khas Cirebon cuma Megamendung, ternyata banyak variasinya yang bagus2 dan lucu2. Harganyapun bervariasi, mulai dari yang puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Karena saya sendiri ga doyan belanja dan penganut prinsip oleh2 itu ribet, akhirnya saya lebih banyak lihat2 aja sambil nunggu teman2 saya belanja.

Setelah agak siang, puas ga puas kami lanjutkan jalan2. Kenapa puas ga puas? Saya sih puas2 aja, tapi teman saya ada yang belum puas...Hehehe :p . Karena keterbatasan waktu kami harus lanjut ke tempat wisata berikutnya, Tamansari Gua Sunyaragi. Ternyata Tamansari Sunyaragi ini posisinya dipinggir jalan besar. Namanya tamansari ya berarti taman air atau biasanya tempat pemandian atau peristirahatan para sultan atau raja. Bentuknya kaya candi gitu, didalamnya ada lorong2 seperti gua, dan ditengah2nya ada kolam seperti pemandian. Sayangnya objek wisata ini kurang terawat, keliatan kotor, beberapa batu hancur, dan banyak sampah. Sayang banget. Menurut saya guanya agak spooky sih, gelap dan sempit. Hebat juga kalau sultan2 jaman dulu bisa istirahat di tempat kaya gitu, saya sih cukup berkunjung aja :|
Karena di kamera saya isinya selfie semua, foto diambil dari sumber lain yang lebih jelas. Maklum, jaman dulu saya masih labil dan belum kepikiran untuk berbagi cerita di blog, jadi foto2nya gedean muka saya daripada objek wisatanya sendiri :D

Tamansari Gua Sunyaragai; dari tripadvisor.com

Puas liat2 dan foto2 di tamansari gua Sunyaragi, kami lanjut ke Keraton Cirebon. Untuk masuk objek2 wisata tersebut kita bayar, tapi saya lupa dulu bayarnya berapa. Malah saya ga inget saya bayar atau ga, kayanya sih saya dibayarin :p . Masuk ke Keraton ini lagi-lagi saya melihat objek wisata yang kurang terawat. Padahal disitu ada yang jaga loh, malah ada guide yang jelasin ke pengunjung. Di area ini ada musem, masjid, dan bangunan keratonnya sendiri. Di area museum ini dipajang koleksi keris dan kereta kencana, dan barang2 yang digunakan di jaman dulu. Saya bukan penggemar museum barang antik yang ada cerita mistisnya, jadi saya juga ga berlama2 disini. Kemudian kami masuk ke Keratonnya. Disini kita harus buka alas kaki, jadi siap2lah buat yang kaos kakinya bolong atau bau kakinya semerbak. Di bangunan keraton ini kita bisa liat2 arsitekturnya, perabotannya, dan beberapa foto2 dan lukisan yang dipajang.

Kasepuhan Cirebon


Dari Kasepuhan Cirebon perut keroncongan, akhirnya kami ganjal2 pakai tapel, makanan Cirebon yang rasanya mirip pisang aroma manis tapi bentuknya gepeng setengah lingkaran kaya martabak mini. Udahnya kita makan empal gentong. Makanan berkuah pakai santan dan daging jeroan. Mungkin empal gentong ini kaya soto-nya Cirebon kali ya... Ngomong2 soal soto, kayanya hampir setiap daerah yang saya kunjungin punya makanan khas yang mirip2 soto. Mungkin masyarakat Indonesia ini emang doyan sama makanan berkuah kali ya. So far yang udah pernah saya coba dan saya ingat adalah Soto Bandung, Soto Betawi, Soto ayam Lamongan, Soto Padang, Soto Banjar, dan empal gentong (kalau boleh disebut soto). Anehnya semua saya suka kecuali soto Bandung. Padahal saya asalnya dari Bandung :|

Setelah perut kenyang kami balik ke rumah teman untuk istirahat sebentar sambil main sama kucingnya. Setelah leyeh2 dan cuaca udah ga terlalu panas, kami jalan2 lagi. Cuma kali ini kami kembali ke derajat aawal, naik angkot all the way... Hahaha... No problemo, kalo soal susah2an, kami udah berpengalaman :p . Yang unik dari angkotnya adalah full modif & full sound system, sampai kamipun foto2 selfie di angkot. Kami keliling2 naik angkot, pertama nganterin teman yang masih penasaran sama Batik Trusmi (tapi ternyata sore udah tutup), trus keliling2 ga jelas sampai akhirnya kami memutuskan ke tempat yang lagi happening di Cirebon : McDonalds. Ceritanya McD di Cirebon baru buka, dan pas kita kesana penuuuhhh banget. Yah, besar atau kecilnya suatu kota dilihat dari jumlah McD di kota tersebut, dan pas saya kesana Cirebon resmi jadi kota besar *jabat tangan*. Akhirnya kami makan dan foto2 di McD. Mungkin cuma kali itu aja foto2 di McD ga malu2in, malah dianggap gaul :D

Selesai makan di McD, kami kembali naik becak. Naik becak di Cirebon ini rasanya enaak banget. Mungkin karena becak masih dilestarikan dan belum terlalu ramai kendaraan bermotor. Selain itu udara di Cirebon yang hareudang alias gerah enak buat dipakai naik becak yang anginnya sepoi2. Buat yang penyakitan tapi mau menikmati becak jangan lupa bawa tolak angin biar ga masuk angin :p . Kami naik becak berdua2. Dulu masih kurus jadi cukup lega walaupun diisi 2 orang. Tahun 2015 waktu saya ke Cirebon lagi dan naik becak sama pasangan, pantat diputar kaya apapun kami berdua cuma bisa nempelin pantat sambil ditahan pakai betis. Mungkin becaknya efisiensi jadi ukuran bangkunya mengecil #denial. Sampai di rumah teman, kami udah disediain makan malam. Mungkin keberuntungan ga berujung ini karena selama liburan di Cirebon saya jadi anak soleh :D

Besok paginya kami pulang ke Bandung naik bus yang sama. Liburan ini cukup menyenangkan. Awalnya saya kira di Cirebon ini ga ada apa2, ga ada objek wisata menarik yang bisa dikunjungin. Tapi ternyata banyak juga tempat menariknya. Bahkan kalau pergi sama orang yang tepat, ke McD aja bisa jadi menarik dan menyenangkan. Selain itu saya yang ga punya ekspektasi apa2 ke Cirebon malah jadi menikmati apapun yang saya temui.

End.

Tuesday, February 2, 2016

Cirebon (Part 1)

Saya jalan2 menjelajahi Cirebon bareng teman2 kuliah saya sekitar akhir September - awal Oktober 2011 (saya lupa tepatnya kapan). Sebelumnya saya ke Cirebon cuma numpang lewat aja kalau melalui jalan Pantura ke arah Jawa Tengah. Tapi kali ini saya & teman2 khusus mengunjungi kota Cirebon. Kebetulan ada satu orang teman yang emang asli Cirebon, jadi lumayan kan kita punya tempat nginep yang terjamin... Hehehe... Maklum, kita kaum traveler kere yang ogah rugi :p
Berangkat dari Bandung kami naik bus Bhineka dari terminal Cicaheum seharga Rp 35.000. Sekere-kerenya kami tetep pengen yang enak, jadi kami pilih bus AC :p . Kami berangkat sekitar jam 6-7 pagi (bah, ini liburan apa kuliah -__-" ) dan waktu perjalanan ke Cirebon menggunakan bus sekitar 5 jam. Sampai di Cirebon, kami dijemput ortu teman saya dan disuguhi makan enak di salah satu rumah makan andalan mereka disana. Selesai makan, kami pulang ke rumah teman saya yang akan jadi tempat penampungan sementara kami disini :D

Untungnya di rumah teman kami ini ada kipas angin, soalnya gerah banget. Maklumlah dari Bandung ke Cirebon ini berasa turun gunung. Setelah guling2 sebentar, sorenya kami memutuskan untuk jalan2. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Stasiun Kota Cirebon di daerah Kejaksaan. Kami kesana naik angkot yang (dulu) jauh-dekat Rp 2.500. Stasiunnya berbentuk bangunan lama dengan unsur art-deco, ada lokomotif tua di depan stasiun. Masuk ke dalamnya, ada underpass untuk kita menyebrangi rel ke peron2. Tapi yang paling mencolok di stasiun ini adalah kebersihannya. Rumus bangunan baru renovasi , ditambah underpass, dan ga ada sampah yang berserakan bikin stasiun ini jadi keren banget. (Note : Sayangnya kali kedua saya ke Cirebon pakai kereta di bulan Mei 2015, stasiunnya udah ga sebersih sebelumnya)


Tugu Lokomotif. Maap yee...Mukanya disensor :D

Selesai liat2 stasiun Cirebon dan foto2, kami melanjutkan jalan2 ke Garage Mall. Walaupun Bandung sebenarnya berserakan mall dimana2, tapi kadang penasaran aja sih pengen tau mall di kota lain itu kaya apa. Oya, di perjalanan ke mall ini kami lewat Masjid Raya At-Taqwa. Masjidnya bersih dan adem, tapi yang paling menarik perhatian saya adalah pintu besar berwarna emas. Kamipun sempet foto2 dulu disitu sambil nunggu teman yang Sholat Maghrib.
Selesai foto2 kami langsung meluncur ke Garage Mall, teteup ngangkot kemana2. Namanya mall menurut saya isinya ya gitu2 aja sih, ga terlalu berkesan. Habis dari Garage Mall ini kami menuju tempat makan Nasi Jamblang yang terkenal di Cirebon. Kebetulan banget abis jalan jauh jadi cape dan berasa lapar, cacing2 di perut juga udah pada demo saking kelaparannya. Nasi Jamblang ini seharusnya kita makan diatas daun, tapi waktu itu kami lagi apes kebagian lapis kertas cokelat. Ga masalah sih, toh daunnya juga ga dimakan. Makan disini modelnya nasi kecil tapi padat, kita bisa ambil satu atau dua kalau lagi mode diet. Untuk lauknya prasmanan, kita ambil sendiri trus bayar. Yang paling berkesan dari makan Nasi Jamblang disini adalah pas bagian dibayarinnya *digeplak pakai sendal* Haha..
Anyway, untuk jalan2 hari pertama emang belum explore banyak, karena rencananya mau kami hajar di hari kedua. Beres makan kami pulang untuk siap2 wisata hari kedua :D


Pintu di Masjid At-Taqwa


Nasi Jamblang (Diambil dari coklatdanhujan.wordpress.com)


To be continued...