Thursday, February 9, 2017

Batam (Part 2)

Hari kedua di Batam kami rencanakan untuk mengunjungi tempat wisata yang lokasinya agak jauh dari pusat kota Batam. Bisa dibilang kami akan sedikit keluar dari kota Batam. Setelah bermalas2an dengan bangun dan mandi agak siang, sekitar jam 10 pagi kami berangkat menuju destinasi pertama, yaitu Pulau Galang. Di perjalanan menuju Pulau Galang perut kami keroncongan karena ga sempat sarapan. Lagi2 karena masih dalam rangka Imlek, banyak rumah makan yang masih tutup. Demi bisa liburan dengan maksimal, terpaksalah kami bela2in ke daerah Batu Aji untuk sekedar mengisi perut brunch di KFC. Duh jauh2 ke Batam makannya ujung2nya fastfood juga :|
Selesai makan, kami berbalik arah menuju jalan utama Trans Balerang yang menghubungkan pulau Batam dan pulau2 lain di sekitarnya. Jalan sepanjang 54 km (64 km sampai Barelang Ujung) ini dimulai dari Pulau Batam sampai Pulau Galang Baru dengan melewati 5 pulau lainnya yang dihubungkan oleh Jembatan Barelang. Jembatan Barelang merupakan singkatan dari "Batam Rempang Galang" karena menghubungkan 3 pulau besar di Kepri. Jembatan Barelang sendiri sebenarnya terdiri dari 6 buah jembatan yang menghubungkan masing2 pulau, yaitu Pulau Batam - Pulau Tonton - Pulau Nipah - Pulau Setokok - Pulau Rempang - Pulau Galang - Pulau Galang Baru. Tapi emang yang terkenal adalah Jembatan Barelang 1 atau nama resminya Jembatan Fisabilillah karena merupakan salah satu jembatan terbesar dan satu2nya jembatan yang dibuat megah diantara jembatan2 Barelang lainnya.

Karena tujuan pertama kami adalah Kampung Vietnam di Pulau Galang, kami menahan diri untuk ga berhenti dulu di Jembatan Barelang yang tersohor di Batam. Rencananya kami bakal mampir di Jembatan Barelang pas arah pulang nanti, toh pulangnya juga kita pasti lewat sini lagi karena jalur ini adalah satu2nya akses mobil menuju Pulau Galang.
Untuk menuju Pulau Galang, kami melalui jalur Trans Barelang yang melewati dua pulau kecil yaitu Pulau Tonton dan Pulau Nipah, serta pulau yang lebih besar yaitu Pulau Setokok dan Pulau Rempang dan kemudian sampailah di Pulau Galang. Jalan yang kami lalui cukup besar dan mulus. Sepanjang jalan lagi2 saya ngerasa deja vu dengan suasana di Kalimantan. Hamparan tanah merah dengan pepohonan yang ga terlalu banyak, dan beberapa daerah yang mulai dibuka untuk dibangun perumahan kelihatan gundul dan banyak alat berat. Mirip dengan suasana di salah satu lokasi di Kalimantan yang sering saya lewati.

Setelah menempuh pejalanan selama 1,5 jam dari Batam sampailah kami di Eks Kamp Sinam (Pengungsi Vietnam) atau yang dikenal juga dengan Kampung Vietnam / Galang Refugee Camp. Lokasi Kampung Vietnam ini sekitar 2,5 km dari jembatan Barelang yang ke-5. Untuk jalan masuknya ada di sebelah kiri jalan (dari arah Batam). Saya agak senang ngeliat banyak mobil yang menuju ke Kampung Vietnam ini. Maklumlah, dari sumber yang saya baca, katanya sejak ditinggalkan para pengungsi yang udah kembali ke negara asalnya, tempat ini menjadi ga berpenghuni. Mengingat tempatnya lumayan luas dan banyak bangunan yang udah ga dihuni, agak serem juga kalau terlalu sepi. Dan kalau ada apa2 sama mobil rental yang kami pakai, repot juga kalau ga ada yang bisa dimintain tolong, apalagi kami cuma berdua dan di daerah tersebut susah sinyal. Baru kali ini mau ke tempat wisata seneng kalau banyak pengunjung :| . Untuk cerita di Kampung Vietnam akan saya tulis di postingan terpisah aja kali ya biar ga terlalu panjang :D .

Setelah cukup lama keliling di Kampung Vietnam, kami lanjut ke destinasi berikutnya yaitu Pantai Mirota. Sebenernya di Kepri ini bertebaran pantai dimana2. Saking banyaknya, rasanya agak sulit kalau mau dijabanin semuanya. Ya iyalah ya, namanya juga kepulauan, udah pasti dikelilingi pantai. Kami memutuskan ke pantai Mirota karena pasirnya yang putih dan lokasinya yang ga jauh dari Kampung Vietnam. Lokasinya ga sampai 1 km dari jembatan Barelang ke-5, atau 1,5 km sebelum Kampung Vietnam. Sebenernya sih sebelum ke Kampung Vietnam ini ngelewatin Pantai Mirota, cuma karena kami datang pas siang bolong, jadi kami memutuskan ke Kampung Vietnam dulu biar pas di pantai ga terlalu terik. Lagipula ngeri juga sih kalau ke Kampung Vietnam pas udah gelap, nanti makin sepi :| .

Untuk masuk Pantai Mirota kita dikenakan biaya Rp 10.000/orang. Pantai Mirota ini sebenernya ga terlalu panjang karena kehalang batu karang yang besar, tapi pantai ini cukup ramai. Walaupun garis pantainya ga terlalu luas, tapi pasirnya lumayan dalam. Pasirnya yang putih dengan butiran pasir agak besar ini bikin saya berasa jalan di tumpukan tepung roti panko :D . Di pantai ini banyak orang2 yang berenang, sekedar duduk2 sambil piknik, mengubur diri di pasirnya, bahkan ada acara perkumpulan segala lengkap dengan backsound dangdut. Di sini juga kita bisa menikmati Banana boat atau memancing di dermaga kecilnya. Buat yang mau berenang disini juga disediain kamar mandi dan toilet. Untuk yang mau duduk2 sambil piknik juga disediain saung2 di pinggir pantai, atau bisa juga sekedar duduk2 cantik di batu karang.


Jalan masuk menuju Pantai Mirota dari Jl. Trans Barelang

Pantai Mirota

Butiran pasir Pantai Mirota

Di pantai Mirota kami hanya sempat foto2 sebentar sekalian basahin kaki dan duduk2 sambil minum teh kemasan. Dari pantai Mirota kami balik ke arah Pulau Batam untuk ngeliat lebih dekat jembatan Barelang 1 yang sempet tertunda :D . Setelah melewati jembatan Barelang2 lainnya, sampailah kami di jembatan Barelang "beneran", jembatan Barelang 1. Setiap lewat jembatan ini selalu macet, bukan salah jembatan atau jalannya sih, tapi macet karena banyak yang parkir gitu aja di sekitar jembatan, baik sebelum, sesudah, atau malah di sepanjang jembatan. Padahal jelas2 ada letter "S" atau dilarang Stop di sepanjang jembatan. Parahnya lagi, yang parkir ini kadang juga ga minggir2 amat, jadi parkirnya agak tengah jalan. Untung jalan di Batam lebar2, jadi walaupun banyak yang parkir agak tengah tapi jalannya masih berasa lega. Sebagai bentuk conformity, akhirnya kamipun ikutan parkir di jajaran mobil2 yang ada di ujung jembatan #ngeles :p . Setelah parkir, kami jalan dikit menyusuri warung2 yang jualan jagung bakar di ujung jembatan, untuk melihat jembatan Barelang lebih dekat.
Jembatan Barelang 1 ini emang kelihatan bagus dan megah dengan 2 tiang utama sebagai pondasi dan kabel2 besar yang menjangkau sepanjang jembatan. Jembatan ini mengingatkan saya dengan jembatan2 lainnya di Indonesia dengan konsep tiang beton dan kabel2. Entah kenapa kebanyakan jembatan yang pernah saya lewatin di Indonesia kebanyakan dibuat dengan model begitu. Sampai sempat kepikiran jangan2 di Indonesia ni ada SOP-nya kalau bangun jembatan harus begitu, hehehe... Padahal bisa jadi dibuat kaya gitu untuk alasan kemananan supaya sanggup menahan beban jembatan ^_^" .


Jalan Trans Barelang

Jembatan Barelang "lainnya"

Jembatan Barelang 1

Ga kerasa kami jalan2 dan foto2 sampai sore dan perut keroncongan. Karena sebelumnya makan siangnya agak awal, jadinya lebih cepat lapar juga, apalagi dibawa jalan2, rasanya ayam KFC yang kami makan udah habis dipakai jalan. Awalnya pasangan saya sempat nawarin untuk nyoba makanan khas Kepri selain mie tarempa, yaitu Gong-gong, sejenis siput laut. Kalau dari ceritanya sih, mirip tutut tapi lebih besar, dan bentuknya persis siput, dengan cangkang dan ada kaya selaput mirip kaki dan antenna. Eeewwwww... Saya ngebayanginnya jijik banget dan ga tertarik untuk nyoba, cukup dengar cerita dan liat fotonya aja T_T . 
Akhirnya kami memutuskan makan seafood biasa aja. Kami makan di Barelang Seafood Resto yang lokasinya tepat di bawah jembatan Barelang. Di sini kami pesan cumi asam manis dan udang goreng mentega. Rasanya sih biasa banget, cuma menang pemandangan aja karena sambil makan bisa lihat jembatan Barelang. Walaupun makanan di sini rasanya biasa banget, tapi kami ga ngerasa rugi karena porsinya yang banyak dan murah. Kami pesan udang dan cumi masing2 1 porsi ternyata dapatnya banyak, masing2 sekitar 3 ons. Apalagi kami makan cuma berdua, pulang dari sini beneran kenyang bego. Untuk harganya, ditambah nasi untuk 2 orang dan 2 gelas es teh manis kami bayar seharga Rp 164.000 aja. Lumayan murah untuk makanan di tempat wisata yang menjual pemandangan :D .


Gong-gong, makanan khas Batam. Berani coba?

Pemandangan dari Barelang Seafood Resto

Menjelang malam kami memutuskan kembali ke pusat kota. Kami memilih nongkrong cantik di Nagoya Hill sambil menunggu jam2an mobil yang kami sewa habis, apalagi besoknya pasangan saya harus bekerja dan saya juga berencana menyebrang ke Singapura :D . Nagoya Hill salah satu tempat yang cukup ikonik di Batam. Walaupun tempatnya ga terlalu luas, tapi cukup ramai pengunjung. Di sini kami ga berlama2, hanya nongkrong sebentar di j.co sambil ngopi dan janjian sama pemilik mobil. Kemudian kamipun pulang ke kost-an jalan kaki sambil menikmati Batam di malam hari.


Nagoya Hill

Kesimpulan dari jalan2 saya ini... Menurut saya Batam adalah kota yang cukup menyenangkan, apalagi selama saya jalan2 di sana didukung oleh cuaca yang mendung tapi jarang hujan, lumayan kan jadinya pas jalan2 ga kepanasan :D . Untuk orang2nya sendiri cukup ramah, lebih ramah daripada waktu saya jalan2 ke Sumatera Utara. Jalan2 dan infrastruktur di kotanya juga oke, jalannya besar2 dan mulus, sayangnya banyak pengendara yang "slonong boy" alias kalau belok langsung nyelonong. Jadinya kudu ati2 kalau bawa kendaraan di sana. Yang ajaib dari Batam adalah di sana banyak banget ruko! Walaupun banyak banget ruko2 yang sepi, tapi sejauh mata memandang, dimana2 ada ruko. Saking banyaknya, mungkin kalau ruko2 itu keisi semua, bisa2 keluarga di Batam masing2 punya 1 ruko :| . 
Yang ajaib juga adalah entah kenapa mereka kalau parkir seringnya di sebelah kanan jalan. Kebayang ga sih kalau mau ke toko gitu, kita parkir di kanan jalan, trus abis parkir masih harus nyebrang. Kalau mau parkir pinggir jalan, kenapa ga sebelah kiri sekalian biar ga cape2 nyebrang lagi :| . Awal2 yang parkir sebelah kanan jalan ini lumayan bikin kagok untuk kita yang biasa pakai lajur kanan sebagai jalur cepat. Kemudian untuk kendaraan umum, saya jarang banget liat angkot kaya di Jawa. Angkutan umum modelnya seperti elf / L300 gitu, dan ga mencolok kaya di Bandung atau Jakarta. Untungnya di sana udah ada Gojek, jadi kemana2 gampang. Taksi pun udah ada Blue Bird
Untuk oleh2, yang terkenal adalah Kek (cake) Pisang merk Villa. Variasi dari kue ini udah lumayan banyak, mulai dari original, topping cokelat, maupun kombinasi dengan buah naga. Rasanya sih sebenernya mirip bolu pisang di Bandung, jadi saya lebih miih beli oleh2 pas nyebrang ke Singapura :p .

Sewaktu pulang dari Batam, di bandara Hang Nadim lagi2 saya mengalami insiden toilet. Di terminal keberangkatan toiletnya udah lebih modern daripada toilet di bagian kedatangan, cuma pintu toiletnya ga ada kuncinya :| . Jadilah saya ngajak seorang ibu2 untuk memberdayakan girl power dengan cara kerjasama saling jagain. Toilet umum termewah yang pernah saya cobain adalah toliet di salah satu masjid di daerah Nagoya. Tempat wudhu, kamar mandi dan toiletnya lebih mewah dari kamar mandi di rumah saya, dan yang pasti bersih banget. Toilet di pelabuhan ferry di Batam Centre juga bagus, bersih dan nyaman. Cuma di bandara aja saya apes soal toilet. Entah ada apalah ini antara saya dan Hang Nadim :| .

End.

Monday, February 6, 2017

Batam (Part 1)

Akhir Januari 2017 kemarin saya berkesempatan mengunjungi Batam. Kebetulan pasangan saya lagi dinas disana lumayan lama, jadilah saya ada alasan untuk pergi ke sana. Modusnya sih nengok si pasangan saya ini, padahal niatnya karena pengen jalan2 aja disana, apalagi saya sendiri juga belum pernah mengunjungi Batam :p . Sebelum berangkat banyak yang bilang ke saya kalau di Batam ga ada apa2, mending sekalian aja ke Singapura. Biar dibilangin kaya gitu, buat saya tetep aja rasanya ga afdol kalau ga datang untuk lihat dengan mata kepala sendiri. Untuk harga tiket pesawat Jakarta - Batam juga relatif murah. Walaupun saya baru beli tiket seminggu sebelum berangkat, saya dapat tiket dengan harga Rp. 900.000 untuk tiket PP menggunakan maskapai Sriwijaya untuk penerbangan yang ga terlalu pagi. Lumayan banget kan :D

Sampai di Bandara Hang Nadim Batam, kesan pertama saya terhadap bandaranya adalah jadul :| . Padahal sebelumnya saya membayangkan Batam adalah kota yang sangat maju dan modern karena letaknya yang dekat dengan Singapura. Ternyata baru menginjakkan kaki di bandara saya udah harus me-reset ekspektasi saya. Hehehe... Disaat bandara2 di kota lain pada berbenah dengan bangunan baru yang megah dan modern, di bandara Hang Nadim ini masih terkesan bangunan lama. Pas saya ke toilet di bagian kedatangan, toiletnya masih menggunakan kloset jongkok, lengkap dengan kran dan ember. Untuk cebok saya harus menggunakan gayung yang lebar banget kaya baskom. Saking lebarnya itu gayung dan gagangnya yang mungil, mau cebok aja rasanya susah banget karena ga kena2 T_T .

Bandara Hang Nadim Batam, dari liputan6.com

Dari bandara saya dijemput pasangan saya untuk kemudian makan siang Mie Tarempa di daerah Sei Panas. Mie tarempa adalah salah satu kuliner khas Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dimana Batam merupakan bagian dari Kepri. Saya yang emang udah lapar langsung semangat '45 untuk makan mie tarempa. Tanpa banyak basa basi karena lapar mengalahkan rindu, langsung kami cuss ke tempat mie tarempa ini. Sepanjang perjalanan dari bandara, kami sempat membahas suasana di Batam. Entah kenapa feeling yang kami dapat ko serasa lagi di Kalimantan ya. Kontur jalan, penataan, dan tanahnya yang didominasi tanah merah ini rasanya lebih mirip dengan suasana di Kalimantan daripada ketika saya trip di Sumatera Utara.
Sayangnya sampai di tempat tujuan saya gagal makan mie tarempa karena ternyata tempatnya tutup. Mungkin karena saya datang pas hari raya imlek, dan kebetulan katanya yang jual emang chinese. Ujung2nya saya malah diajak makan di Warung Sunda Bu Joko di dekat Batam Center. Awalnya saya agak ragu juga sih, masa di Batam makannya di rumah makan Sunda yang namanya jawa. Tapi.... Ternyata rasanya ga mengecewakan dan harganya juga menyenangkan XD . Bolehlah buat yang lagi di Batam tapi pengen makan masakan Sunda :D

Selesai makan kami langsung menuju destinasi yang pertama, yaitu Mesjid Raya Batam di daerah Batam Center. Masjid ini cukup unik dengan kubah yang bentuknya seperti piramida. Selain masjidnya yang besar, pelatarannya juga cukup luas dan udah dilapisi paving block biar kalau kebagian sholat di luar ga becek2an lagi. Uniknya juga, di pelataran masjid juga berjejer kran tempat wudhu yang kalau dilihat dari atas bentuknya menyerupai bintang. Secara keseluruhan arsitektur masjid ini unik dan menarik. Sayangnya beberapa bagian dari area ini kurang terawat. Kalau ngeliat ke arah masjid sih kelihatannya rapi dan bersih, tapi begitu ngeliat keluar area masjid, mulai deh kelihatan banyak rumput liar yang ga dipotong, genangan air yang ga ngalir kemana2, dan paving block yang pecah dibiarin gitu aja.

Masjid Raya Batam

Tempat wudhu di Masjid Raya Batam

Dari area masjid kita bisa lihat juga landmark ala-ala Hollywood dengan tulisan Welcome To Batam yang ada diatas bukit. Karena pengen ngeliat lebih jelas, kami memutuskan jalan kaki ke arah landmark tersebut, ga bener2 sampai manjat segala sih, yang penting bisa ngeliat dengan lebih jelas. Ternyata depan landmark tersebut ada lapangan luas yang di tengahnya ada bangunan setengah jadi yang terbengkalai. Lapangan tersebut kayanya jadi salah satu tempat nongkrong anak muda di sana, dan juga tempat main bola, bahkan ada juga yang latihan nyetir.

Landmark "Welcome To Batam" yang sering dijadiin tempat foto2.

Dari area masjid kami nyebrang ke Alun-alun Batam. Gapura masuk area alun-alun dari arah Masjid Raya bagus dan megah. Awalnya saya kira ini Masjid karena gerbang masuknya yang mirip dengan menara masjid. Bahkan gapura dari arah depan alun-alun ini lebih megah dan lebih mirip masjid. Di area yang bersebrangan dengan Masjid Raya Batam ini di dalamnya ada kantor pemerintahan Kota Batam dan Dataran Engku Puteri. Kantor pemerintahannya bagus dan megah dengan arsitektur yang menarik. Di tengah dataran Engku Puteri terdapat lapangan luas yang dilapisi paving block. Di bagian sampingnya terdapat taman2 kecil yang mengelilingi lapangan luas tersebut. Di bagian taman2nya banyak dijadikan tempat bersantai dan olahraga oleh warga sekitar. Untungnya pas kami ke sana cuacanya lagi berawan, soalnya kalau ga, kebayang deh panasnya, terutama di tengah lapangan yang sama sekali ga ada penutupnya.


Gapura Samping Dataran Engku Puteri

Kantor Pemerintahan Kota Batam

Gapura utama & Dataran Engku Puteri

Dari alun-alun yang terletak di daerah Batam Center, destinasi terakhir kami hari ini adalah ke salah satu mall terbesar di Batam, yaitu Mega Mall Batam Centre. Sebenarnya sih jaraknya selemparan kancut doang dari Dataran Engku Puteri, tapi karena kami ga pakai kancut bawa mobil, jadi sekalianlah kami pindah parkir dan sok2 jadi horang kaya *pake H*, jarak dekat tapi naik mobil full AC.
Nyari parkir di Mega Mall Batam Centre di malam minggu ternyata butuh kesabaran. Mungkin karena Mega Mall ini salah satu tempat yang nge-hitz di Batam, ditambah liburan imlek dan banyak tempat makan yang tutup, jadinya mungkin satu Batam ngumpul semua di sini. Setelah berusaha nyari parkir sambil berdoa, akhirnya kami dapat tempat di area parkir paling atas. Lumayanlah.
Mega mall miriplah sama mall2 pada umumnya. Di sini pasangan saya menyempatkan diri untuk potong rambut biar gantengan dikit *dikit*. O ya, bedanya mall ini dengan mall lain adalah di sini banyak bertebaran money changer. Mungkin karena lokasinya yang dekat (nyambung malah) dengan Batam Centre International Ferry Terminal. Di sini saya juga menyempatkan untuk menukar mata uang ke dolar Singapura sekalian beli tiket untuk nyebrang ke Singapura. FYI aja, kalau mau beli tiket ferry ke Singapura, jangan beli di pelabuhan karena harganya lebih mahal. Belilah di bandara atau di money changer yang ada di mall-mall.

Kelar urusan dompet, lanjut urusan perut. Konon katanya orang Singapura itu kalau ke Indonesia (atau yang nyebrang ke Batam khususnya) doyannya makan di A&W, sama kaya dulu orang Indonesia ke Singapura / Malaysia beli Subway. Jadilah pasangan saya ngajak makan ala2 orang Singapura : Makan di A&W. Saya sih ayo2 aja, apalagi kalau ditraktir. Hehehe... :p
Urusan perut selesai, kami memutuskan untuk ke daerah Nagoya, kebetulan kost-nya pasangan saya di daerah Nagoya. Sebelum sampai di kost-an kami sempat nongkrong di warung2 pinggir jalan. Jadi katanya orang Batam itu senang nongkrong, makanya tempat tongkrongan tersebar dimana2. Model tongkrongannya juga ala2 Singapura gitu, dimana depan toko atau kafe tersebut berjejer kursi dan meja. Jadi kalau di Jawa kan depan toko atau kafe dijadiin tempat parkir, kalau di Batam ini dijadiin tempat nongkrong. Tempat duduk depan kafe tersebut ada yang atasnya dikasih terpal, ada juga yang model terbuka alias misbar (gerimis bubar). Di sini kami duduk2 sambil pasangan saya menyeruput STMJ dan nonton warga sekitar main kembang api.


Suasana tongkrongan daerah Nagoya

Beres nongkrong, kami pulang menuju kost-an pasangan saya di Perumahan Bukit Mas, yang lokasinya persis disamping Nagoya IT Centre. Judulnya sih kost eksekutif, tapi namanya kost2an, tetap bikin saya ngerasa jadi mahasiswa lagi. Umur boleh nambah tua, tapi perasaan harus tetep muda :D

To be continued...