Akhir Januari 2017 kemarin saya berkesempatan mengunjungi Batam. Kebetulan pasangan saya lagi dinas disana lumayan lama, jadilah saya ada alasan untuk pergi ke sana. Modusnya sih nengok si pasangan saya ini, padahal niatnya karena pengen jalan2 aja disana, apalagi saya sendiri juga belum pernah mengunjungi Batam :p . Sebelum berangkat banyak yang bilang ke saya kalau di Batam ga ada apa2, mending sekalian aja ke Singapura. Biar dibilangin kaya gitu, buat saya tetep aja rasanya ga afdol kalau ga datang untuk lihat dengan mata kepala sendiri. Untuk harga tiket pesawat Jakarta - Batam juga relatif murah. Walaupun saya baru beli tiket seminggu sebelum berangkat, saya dapat tiket dengan harga Rp. 900.000 untuk tiket PP menggunakan maskapai Sriwijaya untuk penerbangan yang ga terlalu pagi. Lumayan banget kan :D
Sampai di Bandara Hang Nadim Batam, kesan pertama saya terhadap bandaranya adalah jadul :| . Padahal sebelumnya saya membayangkan Batam adalah kota yang sangat maju dan modern karena letaknya yang dekat dengan Singapura. Ternyata baru menginjakkan kaki di bandara saya udah harus me-reset ekspektasi saya. Hehehe... Disaat bandara2 di kota lain pada berbenah dengan bangunan baru yang megah dan modern, di bandara Hang Nadim ini masih terkesan bangunan lama. Pas saya ke toilet di bagian kedatangan, toiletnya masih menggunakan kloset jongkok, lengkap dengan kran dan ember. Untuk cebok saya harus menggunakan gayung yang lebar banget kaya baskom. Saking lebarnya itu gayung dan gagangnya yang mungil, mau cebok aja rasanya susah banget karena ga kena2 T_T .
![]() |
Bandara Hang Nadim Batam, dari liputan6.com |
Dari bandara saya dijemput pasangan saya untuk kemudian makan siang Mie Tarempa di daerah Sei Panas. Mie tarempa adalah salah satu kuliner khas Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dimana Batam merupakan bagian dari Kepri. Saya yang emang udah lapar langsung semangat '45 untuk makan mie tarempa. Tanpa banyak basa basi karena lapar mengalahkan rindu, langsung kami cuss ke tempat mie tarempa ini. Sepanjang perjalanan dari bandara, kami sempat membahas suasana di Batam. Entah kenapa feeling yang kami dapat ko serasa lagi di Kalimantan ya. Kontur jalan, penataan, dan tanahnya yang didominasi tanah merah ini rasanya lebih mirip dengan suasana di Kalimantan daripada ketika saya trip di Sumatera Utara.
Sayangnya sampai di tempat tujuan saya gagal makan mie tarempa karena ternyata tempatnya tutup. Mungkin karena saya datang pas hari raya imlek, dan kebetulan katanya yang jual emang chinese. Ujung2nya saya malah diajak makan di Warung Sunda Bu Joko di dekat Batam Center. Awalnya saya agak ragu juga sih, masa di Batam makannya di rumah makan Sunda yang namanya jawa. Tapi.... Ternyata rasanya ga mengecewakan dan harganya juga menyenangkan XD . Bolehlah buat yang lagi di Batam tapi pengen makan masakan Sunda :D
Selesai makan kami langsung menuju destinasi yang pertama, yaitu Mesjid Raya Batam di daerah Batam Center. Masjid ini cukup unik dengan kubah yang bentuknya seperti piramida. Selain masjidnya yang besar, pelatarannya juga cukup luas dan udah dilapisi paving block biar kalau kebagian sholat di luar ga becek2an lagi. Uniknya juga, di pelataran masjid juga berjejer kran tempat wudhu yang kalau dilihat dari atas bentuknya menyerupai bintang. Secara keseluruhan arsitektur masjid ini unik dan menarik. Sayangnya beberapa bagian dari area ini kurang terawat. Kalau ngeliat ke arah masjid sih kelihatannya rapi dan bersih, tapi begitu ngeliat keluar area masjid, mulai deh kelihatan banyak rumput liar yang ga dipotong, genangan air yang ga ngalir kemana2, dan paving block yang pecah dibiarin gitu aja.
![]() |
Masjid Raya Batam |
![]() |
Tempat wudhu di Masjid Raya Batam |
Dari area masjid kita bisa lihat juga landmark ala-ala Hollywood dengan tulisan Welcome To Batam yang ada diatas bukit. Karena pengen ngeliat lebih jelas, kami memutuskan jalan kaki ke arah landmark tersebut, ga bener2 sampai manjat segala sih, yang penting bisa ngeliat dengan lebih jelas. Ternyata depan landmark tersebut ada lapangan luas yang di tengahnya ada bangunan setengah jadi yang terbengkalai. Lapangan tersebut kayanya jadi salah satu tempat nongkrong anak muda di sana, dan juga tempat main bola, bahkan ada juga yang latihan nyetir.
Dari area masjid kami nyebrang ke Alun-alun Batam. Gapura masuk area alun-alun dari arah Masjid Raya bagus dan megah. Awalnya saya kira ini Masjid karena gerbang masuknya yang mirip dengan menara masjid. Bahkan gapura dari arah depan alun-alun ini lebih megah dan lebih mirip masjid. Di area yang bersebrangan dengan Masjid Raya Batam ini di dalamnya ada kantor pemerintahan Kota Batam dan Dataran Engku Puteri. Kantor pemerintahannya bagus dan megah dengan arsitektur yang menarik. Di tengah dataran Engku Puteri terdapat lapangan luas yang dilapisi paving block. Di bagian sampingnya terdapat taman2 kecil yang mengelilingi lapangan luas tersebut. Di bagian taman2nya banyak dijadikan tempat bersantai dan olahraga oleh warga sekitar. Untungnya pas kami ke sana cuacanya lagi berawan, soalnya kalau ga, kebayang deh panasnya, terutama di tengah lapangan yang sama sekali ga ada penutupnya.
Dari alun-alun yang terletak di daerah Batam Center, destinasi terakhir kami hari ini adalah ke salah satu mall terbesar di Batam, yaitu Mega Mall Batam Centre. Sebenarnya sih jaraknya selemparan kancut doang dari Dataran Engku Puteri, tapi karena kamiga pakai kancut bawa mobil, jadi sekalianlah kami pindah parkir dan sok2 jadi horang kaya *pake H*, jarak dekat tapi naik mobil full AC.
Nyari parkir di Mega Mall Batam Centre di malam minggu ternyata butuh kesabaran. Mungkin karena Mega Mall ini salah satu tempat yang nge-hitz di Batam, ditambah liburan imlek dan banyak tempat makan yang tutup, jadinya mungkin satu Batam ngumpul semua di sini. Setelah berusaha nyari parkir sambil berdoa, akhirnya kami dapat tempat di area parkir paling atas. Lumayanlah.
Mega mall miriplah sama mall2 pada umumnya. Di sini pasangan saya menyempatkan diri untuk potong rambut biar gantengan dikit *dikit*. O ya, bedanya mall ini dengan mall lain adalah di sini banyak bertebaran money changer. Mungkin karena lokasinya yang dekat (nyambung malah) dengan Batam Centre International Ferry Terminal. Di sini saya juga menyempatkan untuk menukar mata uang ke dolar Singapura sekalian beli tiket untuk nyebrang ke Singapura. FYI aja, kalau mau beli tiket ferry ke Singapura, jangan beli di pelabuhan karena harganya lebih mahal. Belilah di bandara atau di money changer yang ada di mall-mall.
Kelar urusan dompet, lanjut urusan perut. Konon katanya orang Singapura itu kalau ke Indonesia (atau yang nyebrang ke Batam khususnya) doyannya makan di A&W, sama kaya dulu orang Indonesia ke Singapura / Malaysia beli Subway. Jadilah pasangan saya ngajak makan ala2 orang Singapura : Makan di A&W. Saya sih ayo2 aja, apalagi kalau ditraktir. Hehehe... :p
Urusan perut selesai, kami memutuskan untuk ke daerah Nagoya, kebetulan kost-nya pasangan saya di daerah Nagoya. Sebelum sampai di kost-an kami sempat nongkrong di warung2 pinggir jalan. Jadi katanya orang Batam itu senang nongkrong, makanya tempat tongkrongan tersebar dimana2. Model tongkrongannya juga ala2 Singapura gitu, dimana depan toko atau kafe tersebut berjejer kursi dan meja. Jadi kalau di Jawa kan depan toko atau kafe dijadiin tempat parkir, kalau di Batam ini dijadiin tempat nongkrong. Tempat duduk depan kafe tersebut ada yang atasnya dikasih terpal, ada juga yang model terbuka alias misbar (gerimis bubar). Di sini kami duduk2 sambil pasangan saya menyeruput STMJ dan nonton warga sekitar main kembang api.
Beres nongkrong, kami pulang menuju kost-an pasangan saya di Perumahan Bukit Mas, yang lokasinya persis disamping Nagoya IT Centre. Judulnya sih kost eksekutif, tapi namanya kost2an, tetap bikin saya ngerasa jadi mahasiswa lagi. Umur boleh nambah tua, tapi perasaan harus tetep muda :D
To be continued...
![]() |
Gapura Samping Dataran Engku Puteri |
![]() |
Kantor Pemerintahan Kota Batam |
![]() |
Gapura utama & Dataran Engku Puteri |
Dari alun-alun yang terletak di daerah Batam Center, destinasi terakhir kami hari ini adalah ke salah satu mall terbesar di Batam, yaitu Mega Mall Batam Centre. Sebenarnya sih jaraknya selemparan kancut doang dari Dataran Engku Puteri, tapi karena kami
Nyari parkir di Mega Mall Batam Centre di malam minggu ternyata butuh kesabaran. Mungkin karena Mega Mall ini salah satu tempat yang nge-hitz di Batam, ditambah liburan imlek dan banyak tempat makan yang tutup, jadinya mungkin satu Batam ngumpul semua di sini. Setelah berusaha nyari parkir sambil berdoa, akhirnya kami dapat tempat di area parkir paling atas. Lumayanlah.
Mega mall miriplah sama mall2 pada umumnya. Di sini pasangan saya menyempatkan diri untuk potong rambut biar gantengan dikit *dikit*. O ya, bedanya mall ini dengan mall lain adalah di sini banyak bertebaran money changer. Mungkin karena lokasinya yang dekat (nyambung malah) dengan Batam Centre International Ferry Terminal. Di sini saya juga menyempatkan untuk menukar mata uang ke dolar Singapura sekalian beli tiket untuk nyebrang ke Singapura. FYI aja, kalau mau beli tiket ferry ke Singapura, jangan beli di pelabuhan karena harganya lebih mahal. Belilah di bandara atau di money changer yang ada di mall-mall.
Kelar urusan dompet, lanjut urusan perut. Konon katanya orang Singapura itu kalau ke Indonesia (atau yang nyebrang ke Batam khususnya) doyannya makan di A&W, sama kaya dulu orang Indonesia ke Singapura / Malaysia beli Subway. Jadilah pasangan saya ngajak makan ala2 orang Singapura : Makan di A&W. Saya sih ayo2 aja, apalagi kalau ditraktir. Hehehe... :p
Urusan perut selesai, kami memutuskan untuk ke daerah Nagoya, kebetulan kost-nya pasangan saya di daerah Nagoya. Sebelum sampai di kost-an kami sempat nongkrong di warung2 pinggir jalan. Jadi katanya orang Batam itu senang nongkrong, makanya tempat tongkrongan tersebar dimana2. Model tongkrongannya juga ala2 Singapura gitu, dimana depan toko atau kafe tersebut berjejer kursi dan meja. Jadi kalau di Jawa kan depan toko atau kafe dijadiin tempat parkir, kalau di Batam ini dijadiin tempat nongkrong. Tempat duduk depan kafe tersebut ada yang atasnya dikasih terpal, ada juga yang model terbuka alias misbar (gerimis bubar). Di sini kami duduk2 sambil pasangan saya menyeruput STMJ dan nonton warga sekitar main kembang api.
![]() |
Suasana tongkrongan daerah Nagoya |
Beres nongkrong, kami pulang menuju kost-an pasangan saya di Perumahan Bukit Mas, yang lokasinya persis disamping Nagoya IT Centre. Judulnya sih kost eksekutif, tapi namanya kost2an, tetap bikin saya ngerasa jadi mahasiswa lagi. Umur boleh nambah tua, tapi perasaan harus tetep muda :D
To be continued...
No comments:
Post a Comment